BAB I. PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Pada umumnya, penyakit
tanaman adalah penyimpangan dari keadaan normal. misalnya penyakit layu dapat
disebabkan oleh bakteri ataupun jamur. Sehingga Pengetahuan mengenai berbagai
jenis mikroorganisme yang menyebabkan penyakit sangat diperlukan, sehingga kita
bisa merencanakan bagaimana cara penanganan penyakit tersebut. (Pracaya, 1999).
Timbulnya gejala penyakit disebabkan karena adanya interaksi antara tanaman inang dan patogen. Penamaan gejala penyakit dapat didasarkan kepada tanda penyakit, perubahan bentuk, tanaman, pertumbuhan tanaman dan sebagainya. Sebagai akibat terganggunya pertumbuhan tanaman oleh penyakit, maka akan terjadi perubahan pada tanaman dalam: Bentuk, ukuran, warna, tekstur dan lain-lain. Perubahan tersebut seringkali merupakan gejala yang khas untuk penyakit tertentu. Tetapi adakalanya untuk satu macam penyakit menimbulkan lebih dari satu macam perubahan. Sering kali patogen penyebab penyakit tersebut dapat ditemukan pada jaringan yang terserang (internal) atau pada bagian permukan jaringan (eksternal) dalam bentuk tubuh buah, sclerotium dan sebagainya. Oleh karena itu untuk mendiagnosis penyakit dengan tepat penting untuk mengetahui gejala penyakit yang ditimbulkannya
Timbulnya gejala penyakit disebabkan karena adanya interaksi antara tanaman inang dan patogen. Penamaan gejala penyakit dapat didasarkan kepada tanda penyakit, perubahan bentuk, tanaman, pertumbuhan tanaman dan sebagainya. Sebagai akibat terganggunya pertumbuhan tanaman oleh penyakit, maka akan terjadi perubahan pada tanaman dalam: Bentuk, ukuran, warna, tekstur dan lain-lain. Perubahan tersebut seringkali merupakan gejala yang khas untuk penyakit tertentu. Tetapi adakalanya untuk satu macam penyakit menimbulkan lebih dari satu macam perubahan. Sering kali patogen penyebab penyakit tersebut dapat ditemukan pada jaringan yang terserang (internal) atau pada bagian permukan jaringan (eksternal) dalam bentuk tubuh buah, sclerotium dan sebagainya. Oleh karena itu untuk mendiagnosis penyakit dengan tepat penting untuk mengetahui gejala penyakit yang ditimbulkannya
1.2
Tujuan
Praktikum ini
bertujuan untuk membedakan
beberapa jenis dan gejala penyakit yang ditimbulakan pada tanaman oleh serangan patogen.
BAB
II. TINJAUAN PUSTAKA
Gejala penyakit tumbuhan
merupakan respon dari tumbuhan terhadap infeksi (yang bisa diukur) yang
menyebabkan terganggunya proses fisiologis tanaman. Gejala yang ditimbulkan
juga dapat bereda, bergantung pada lingkungan, varietas dari inang dan ras
patogen. Gejala selalu berubah dengan berkembangnya penyakit, karena penyakit
adalah suatu proses yang dinamik. Penyakit tanaman dapat terjadi jika
sedikitnya terdapat kontak dan interaksi antara dua komponen. Komponen tersebut
berupa tanaman dan patogen. Jika pada saat terjadinya kontak tersebut
lingkungan mendukung, maka akan terjadi penyakit. Interaksi antara tanaman,
patogen yang virulen dan lingkungan ini sering disebut sebagai konsep segitiga
penyakit (Sukariawati, 2011).
. Penyebab penyakit
tanaman dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu Penyakit Abiotik dan
Penyakit Biotik. Penyakit abiotik adalah penyakit yang disebabkan oleh penyakit
noninfeksi/ penyakit yang tidak dapat ditularkan dari tumbuhan satu ke tumbuhan
yang lain. Patogen penyakit abiotik meliputi: Suhu tinggi, Suhu rendah, Kadar
oksigen yang tak sesuai, Kelembaban udara yang tak sesuai, Keracunan mineral,
Kekurangan mineral, Senyawa kimia alamiah beracun, Senyawa kimia pestisida,
Polutan udara beracun, Hujan es dan angin. Penyakit biotik adalah penyakit
tumbuhan yang disebabkan oleh penyakit infeksius bukan binatang dan dapat
menular dari tumbuhan satu ke tumbuhan yang lain Patogen penyakit biotik
meliputi : Jamur, Bakteri, Virus, Nematoda, Tumbuhan tingkat tinggi parasitic
dan Mikoplasma (Sastrahidayat, 1990).
Tanaman akan sakit apabila tumbuhan
tersebut diserang oleh patogen (parasit) atau dipengaruhi oleh agensia abiotik
(fisiopath). Oleh karena itu, untuk terjadinya penyakit tumbuhan, sedikitnya
harus terjadi kontak dan terjadi interaksi antara dua komponen (tumbuhan dan
patogen). Jika pada saat terjadinya kontak dan untuk beberapa saat kemudian
terjadi keadaan yang sangat dingin, sangat panas, sangat kering, atau beberapa
keadaan ekstrim lainnya, maka patogen mungkin tidak mampu menyerang atau
tumbuhan mungkin mampu menahan serangan, meskipun telah terjadi kontak antara
keduanya, penyakit tidak berkembang. Nampaknya komponen ketiga juga harus
terdapat untuk dapat berkembangnya penyakit. Akan tetapi, masing-masing dari
ketiga komponen tersebut dapat memperlihatkan keragaman yang luar biasa, dan
apabila salah satu komponen tersebut berubah, maka akan mempengaruhi tingkat
serangan penyakit dalam individu tumbuhan atau dalam populasi tumbuhan (Penuntun,2013).
Adapun Tipe
gejala penyakit yang dapat ditimbulkannya dapat dibedakan menjadi tiga macam
yaitu nekrosis, hipoplasis dan hiperplasis. Nekrosis adalah suatu gejala yang
ditandai dengan degenerasi protoplas dan akhirnya diikuti oleh kematian sel,
jaringan organ atau tubuh tumbuhan secara keseluruhan. Hipoplasis adalah gejala
yang ditandai dengan adanya hambatan pertumbuhan dalam ukuran,warna, dan perkembangan
anggota tubuh. Sedangkan hiperplasis ditandai adanya pertumbuhan yang luar
biasa dalambentuk, ukuran, warna, dan struktur maupun pertumbuhan(Eko, 2013)
BAB III. METODOLOGI
PRAKTIKUM
3.1
Waktu
dan Tempat Praktikum
Praktikum
ini
dilaksanakan pada hari
selasa,10
Oktober 2016 pukul 11.30
Wita-Selesai.Bertempat di
Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Pertanian Universitas Mataram.
3.2
Alat
dan Bahan Praktikum
Alat
yang digunakan dalam praktikum ini antara lain : kaca pembesar (loupe), alat tulis
dan buku gambar. Kemudian, bahan yang digunaka antara lain : daun kacang tanah, daun
cabai, wortel, daun mangga, daun singkong,
daun tomat, padi, jambu biji, panca air, dan daun jagung.
3.3 Cara Kerja
Prosedur
kerja yang digunakan dalam praktikum ini antara lain :
1.
Disiapkan
alat dan bahan yang akan digunakan
2.
Digambar
dan difoto gejala yang tampak pada penyakit tanaman
3.
Dideskripsikan
gejala, warna, serta bentuk dari penyakit tersebut
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Praktikum
Tabel 1. hasil
pengamatan gejala penyakit (terlampir)
Gambar
|
Deskripsi
|
1.
Antraknosa
daun cabe
|
Gejala : nekrosis
bentuk : bercak bergerigi
warna : coklat muda
ukuran : 0,5 cm
penyebab : colleatatricum sp
|
2.
Karat
daun kacang tanah
|
Gejala :
nekrosis
bentuk : titik kecil yang banyak
warna : coklat kekuningan
ukuran : 0,1 cm
penyebab : Puccinia sp
|
3.
Busuk basah pada umbi wortel
|
Gejala : nekrosis
bentuk : membusuk basah
warna : kuning kecoklatan
ukuran :
3 cm
penyebab : Erwinia carotovora
|
4.
Bercak daun mangga
|
Gejala : nekrosis
bentuk : bulu-bulu halus
warna : hitam gelap
ukuran : 9 cm
penyebab : Chepaleuros
|
5.
Hawar daun singkong
|
Gejala : Nekrosis
bentuk : menyebar dari ujung daun
warna : Kuning coklat
ukuran : 11 cm
penyebab : Xanthomonas sp
|
6.
Keriting
pada daun tomat
|
Gejala : hiperplastis
bentuk : daun mengeriting ke atas
warna : hijau tua
ukuran : 2,3 cm
penyebab : virus
|
7.
Kerdil rumput padi
|
Gejala : hipoplastis
bentuk : kerdil
warna : hijau kuning
ukuran : 33 cm
penyebab : virus kerdil
|
8.
Hawar pada daun padi
|
Gejala : nekrosis
bentuk : blight meluas
warna : kuning
ukuran : 23 cm
penyebab : Xanthomonas
|
9.
Busuk kering buah jambu
biji
|
Gejala : nekrosis
bentuk : bulat kering seluruhnya
warna : hitam pekat
ukuran : 3,6 cm
penyebab : Botryploidi
|
10. Puru akar
pada panca Air
|
Gejala : hiperplastis
bentuk : bulat kasar bergerigi
warna : coklat kehitaman
ukuran : 0,2 cm
penyebab : nematoda
|
11. Bercak
pada daun jagung
|
Gejala : nekrosis
bentuk : bercak
warna : kuning kecoklatan
penyebab : Helminthospora maydis
ukuran : 0,3 cm
|
12. Bercak
daun pada singkong
|
Gejala : nekrosis
bentuk : bercak
tak beraturan
warna : coklat
ukuran : 0,3 cm
penyebab : Xanthomonas
|
4.1
Pembahasan
Penyakit
tanaman dapat disebabkan oleh serangan patogen, dapat dicirikan dengan
keberadaan patogen tersebut pada permukaan tanaman atau di dalam tubuh tanaman.
Keberadaan patogen pada permukaan tanaman atau di dalam tubuh tanaman ini
dikenal sebagai tanda penyakit dan dapat digunakan sebagai petunjuk bahwa
kemungkinan patogen tersebut menimbulkan penyakit. Apabila tidak dijumpai tanda
penyakit pada permukaan yang bersangkutan, perlu diamati adanya asosiasi
patogen yang diperoleh dari isolasi bahan tanaman yang sakit pada bagian
gejalanya.
Gejala yang ditimbulkan
dapat mengalami kerusakan yang berbeda, tergantung pada lingkungan, varietas
dari inang dan ras patogen. Gejala selalu berubah dengan berkembangnya
penyakit, karena penyakit adalah suatu proses yang dinamik. Oleh karena itu, Gejala
penyakit dibedakan menjadi 3 yaitu nekrotik, hiperplastik dan hipoplastik.
keriting daun pada tanaman cabai
disebabkan oleh hama thrips, hama kutu thrips berperan sebagai carrier atau
pembawa virus yang menyebabkan penyakit keriting daun pada tanaman cabai.
Gejala serangan virus adalah bercak kuning diatas permukaan daun, perlahan
meluas hingga seluruh permukaan daun menguning, bentuk daun menjadi lebih kecil
dari ukuran normal, daun melengkung dan kaku, daun terlihat keriting, setelah
kuning daun sebagian besar rontok, Serta dibawah permukaan daun terdapat hama /
kutu berwarna putih.
Karat
daun kacang tanah disebabkan oleh cendawan Puccinia arachidis yang termasuk
ke dalam ordo Uredinales, kelas Basidiomycetes. gejala yang ditimbulkan terdapat
pada permukaan daun bawah yang berupa bercak berwarna coklat kekuningan seperti
karat besi.
Pada pustul ini terdapat sejumlah uredospora yang menyerupai tepung. Adapun
penyebab penyakit karat ini adalah kondisi lingkungan yang mendukung seperti
suhu rendah, kelembaban tinggi, cahaya matahari kurang dan sebagainya.
Busuk
basah wortel disebabkan oleh patogen Erwinia
carotovora. Gejala kerusakan yang ditimbulkan berupa busuk basah yang
berwarna kuning kecoklatan. Patogen ini berasal dari tanah sekitar pertanaman
yang melakukan infeksi dengan mematikan sel-sel dan mengambil alih jaringan
tanaman. Sehingga tanaman tidak mampu mengendalikan dan menyuplai hara untuk
bagian terserang.
Mangga
merupakan tanaman tahunan yang hidup di tempat tropis. Penyakit becak daun
mangga yang disebabkan oleh alga Chepaleuro.
Penyakit ini memiliki gejala yaitu
menyebabkan warna hitam pada permukaan daun. Permukaan daun yang tertutupi akan
membuat daun kering sehingga proses fotosintesis pada permukaan daun tersebut
terhambat. Alga berkembang dengan cepat disebabkan oleh faktor naungan. Mangga
memiliki daun yang rimbun, serta pohon yang besar. Sehingga sinar matahari
sulit melewatinya. Akibatnya, iklim mikro yang berada disekitar mangga menjadi
lembab. Kemudian alga tumbuh dengan subur tanpa ada hambatan.
Hawar
daun singkong disebabkan oleh bakteri Xanthomonas.
Bakteri ini berbentuk batang pendek yang memiliki flagela tunggal untuk
bergerak, kemudian menginfeksi tanaman dengan menyebar propagul pada permukaan
daun supaya membentuk koloni. Penyakit ini umumnya terjadi pada musim hujan
dengan kelembaban > 75 %. Gejala yang dapat diamati antara lain daun
mengering seperti terbakar dari ujung daun, kemudian meluas ke seluruh bagian
daun dan memiliki warna kuning kecoklatan.
Penyakit
keriting pada daun tomat mengalami hiperplastik yang disebabkan oleh virus. Patogen
ini menginfeksi dengan cara menghasilkan senyawa kimia yang dapat merangsang
pertumbuhan secara tidak terkendali, sehingga menyebabkan tanaman tidak mampu
dan melemahkan daya tahan tanaman terhadap patogen tersebut. Ciri gejala yang
ditimbulkan adalah daun mengeriting ke arah atas, luas permukaan daun menjadi
sempit. Hal ini meyebabkan fotosintesis menjadi terganggu.
Kerdil
rumput padi disebabkan oleh virus tungro. Virus ini menyebar melalui hama yang
menyerang pertanaman seperti walang sangit, kepik, dan sebagainya. Hama ini
menjadi agen pembawa (carrier) dan langsung melakukan penetrasi terhadap
tanaman. Akibatnya tanaman mengalami hipoplastik yaitu terhambatnya pertumbuhan
tanaman. Sehingga, tanaman menjadi kerdil dan berwarna kusam hijau kekuningan.
Hawar
daun padi disebabkan oleh bakteri Xanthomonas
sp. Daun mengalami nekrosis berwarna kekuningan yang dimulai dari ujung,
berbentuk memanjang, atau terjadi Blight,
dan ukurannya sekitar 23 cm. Patogen ini dapat menyebar melalui angin, air,
maupun binatang.
Busuk
kering jambu biji atau sering disebut dengan mumifikasi disebabkan oleh Botryploidi. Patogen ini menginfeksi
dengan cara mematikan seluruh sel pada jambu biji, sehingga tampak gejalanya
dapat dilihat buah jambu biji mengalami pemadatan dan berwarna hitam pekat,
serta kering.
Penyakit
puru akar pada tanaman panca air disebabkan oleh nematoda. Puru akar terletak
pada akar skunder saja yang berbentuk bulatan kasar bergerigi, berwarna coklat
kehitaman. Nematoda dapat menghasilkan senyawa kimia yang dapat merangsang
pertumbuhan akar dengan cepat, sehingga akar tanaman mengalami gigantisme.
Terakhir,
penyakit bercak daun jagung disebabkan oleh patogen Helminthospora maydis. Patogen melakukan infeksi pada permukaan
daun tanaman dengan menyebarkan sporanya di seluruh permukaan daun. Sehingga
menimbulkan bercak-bercak yang tak beraturan, kemudian bercak ini menyatu
sehingga bagian daun yang diinfeksi akan mati. Rata-rata ukuran bercak ini
sekitar 0,3 cm.
BAB V KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu:
1.
Gejala penyakit adalah suatu
proses abnormal yang tampak pada tanaman dan perlu dilakukan diagnosa yang
tepat untuk mengetahui penyebab penyakit tersebut.
2.
Nekrosis merupakan gejala
kerusakan yang disebabkan oleh sel-sel mengalami kematian, akibat dari serangan
patogen.
3.
Hiperplastik adalah
pertumbuhan yang terlalu cepat oleh tanaman akibat serangan patogen yang
mengeluarkan zat perangsang pertumbuhan
4.
Hipoplastik merupakan
terhambatnya pertumbuhan akibat serangan dari patogen.
BAB I. PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Isolasi adalah melakukan pengambilan sampel mikroorganisme di suatu tempat
dan mengembangbiakkannya dalam suatu medium buatan. Proses pemisahan atau
pemurnian dari mikroorganisme lain perlu dilakukan karena semua pekerjaan
mikrobiologis, misalnya telaah dan identifikasi mikroorganisme, memerlukan
suatu populasi yang hanya terdiri dari satu macam mikroorganisme saja.
Dalam
melakukan identifikasi suatu biakan murni bakteri hasil isolasi mula-mula
diamati morfologi sel secara mikroskopik melalui pengecetan atau pewarnaa,
salah satunya adalah dengan pewarnaan gram. Pewarnaan gram merupakan salah
satu teknik pewarnaan atau pengecatan yang dikerjakan di laboratorium
mikrobiologi untuk kepentingan identifikasi bakteri. Morfologi mikroskopik
mikroorganisme yang diperiksa dan sifatnya yang khas terhadap pengecatan
tertentu (pengecatan gram) dapat digunakan untuk identifikasi awal. Dengan
metode pengecatan gram, bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu bakteri
Gram positif dan Gram negatif berdasarkan reaksi atau sifat bakteri terhadap
cat tersebut. Reaksi atau sifat bakteri tersebut ditentukan oleh komposisi
dinding selnya. Oleh karena itu, pengecatan gram tidak bisa dilakukan pada
mikroorganisme yang tidak mempunyai dinding sel. Dalam proses ini, olesan
bakteri yang sudah terfiksasi dikenai larutan-larutan berikut : zat pewarna
kristal violet, larutan iodium, larutan alkohol (bahan pemucat), dan zat pewarna
tandingannya berupa safranin.
Adapun Jamur dan
bakteri patogen tumbuhan dapat dibiakan pada banyak medium padat maupun cair,
dari yang umum maupan yang selektif. Nutrien Agar (NA) merupakan medium umum
untuk bakteri, sedangkan Medium Potato Dextrose Agar (PDA) merupakan medium
untuk jamur. Organisme yang menyebabkan penyakit sangat penting harus dapat
diisolasi atau dibiakan secara murni. Karena hal ini dapat membantu untuk
menetapkan status penyakit tersebut.
1.2
Tujuan
Praktikum
Adapun
tujuan dari praktikum ini antara lain :
1.Untuk mengisolasi mikroorganisme
yang dicurigai sebagai penyebab penyakit
tumbuhan
2.Untuk melakukan pengamatan
koloni dari organisme yang di temukan khusus di tunjukan pada bentuk,warna dan cirri-ciri
yang lainnya nampak.
3.Untuk mendapatkan gambaran
secara umum sifat-sifat dari mikroorganisme
penyebab penykit tumbuhan.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Pengamatan
morfologi sangat penting untuk identifikasi dan determinasi. Bahkan pengamatan
morfologi ini lebih penting daripada pengamatan fisiologis. Terdapat beberapa
cara atau metode pengamatan yaitu dengan pembuatan slide cultur atau
hanging drop. Untuk pengamatan morfologi dapat dilakukan pengamatan
secara makroskopis dan mikroskopis (Rika, 2012)
Isolasi adalah mengambil mikroorganisme yang terdapat di alam dan
menumbuhkannya dalam suatu medium buatan. Proses pemisahan atau pemurnian dari
mikroorganisme lain perlu dilakukan karena semua pekerjaan mikrobiologis,
misalnya telaah dan identifikasi mikroorganisme, memerlukan suatu populasi yang
hanya terdiri dari satu macam mikroorganisme saja. Prinsip dari isolasi mikroba
adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba lainnya yang berasal dari
campuran bermacam-macam mikroba. Hal ini dapat dilakukan dengan menumbuhkannya
dalam media padat sel-sel mikroba akan membentuk suatu koloni sel yang tetap
pada tempatnya (Krisno, 2011).
Jamur mungkin
dapat diisolasi dari tanah dan dari permukaan tanaman, seperti daun dan bunga,
dengan cara mencucinya,
diikuti dengan melakukan
satu seri pengenceran untuk
mendapatkan koloni tunggal
pada media agar-agar
yang sesuai, seperti TWA.
Media yang kaya
hara harus dihindari,
karena menyebabkan
pertumbuhan vegetatif yang
berlebihan dengan mengorbankan
sporulasi. Antibiotik
seperti streptomisin sulfat
sebaiknya juga ditambahkan
ke dalam media
agar-agar untuk menekan pertumbuhan bakteri (Machmud, 2005)
Dalam kegiatan
mikrobiologi pembuatan isolat
dilakukan dengan cara
mengambil sampel
mikrobiologi dari lingkungan
yang ingin diteliti.
Dari sampel tersebut
kemudian dibiakkan dengan
menggunakan media universal atau media selektif, tergantung tujuan yang ingin
dicapai. Jika menggunakan media
universal akan diperoleh
biakan mikroba campuran. Untuk proses identifikasi maupun
isolasi jenis tertentu
saja, dilakukan proses
pembuatan isolat tunggal
dari isolat campuran tersebut. Isolat tunggal atau biakan murni merupakan
biakan yang asalnya dari pembelahan satu sel tunggal (Anonim, 2012).
Pengenceran
suspensi bakteri dari sampel/ sumber isolat dari alam diperlukan dalam rangka memudahkan dalam
pengamatan koloni, terutama
dalam kegiatan bertahap
pemurnian isolat (sub-kultur).
Koloni yang tumbuh terpisah
dalam kuantitas yang
dapat dihitung memudahkan
peneliti untuk memilih koloni
yang akan dipisahkan (disub-kultur). Ada beberapa metode untuk memperoleh
biakan murni dari isolat campuran. Dua
di antaranya yang sering digunakan adalah teknik cawan gores dan teknik cawan
tuang. Prinsip dari kedua teknik
tersebut sama, yaitu mengencerkan biakan campuran hingga setiap individu
spesies dapat dipisahkan, sehingga setiap koloni yang terbentuk merupakan hasil
dari pembelahan satu sel (Anonim, 2012).
Bakteri
gram negatif memiliki 3 lapisan dinding sel. Lapisan terluar yaitu
lipoposakarida (lipid) kemungkinan tercuci oleh alkohol, sehingga pada saat
diwarnai dengan safranin akan berwarna merah. Bakteri gram positif memiliki
selapis dinding sel berupa peptidoglikan yang tebal. Setelah pewarnaan dengan
kristal violet, pori-pori dinding sel menyempit akibat dekolorisasi oleh
alkohol sehingga dinding sel tetap menahan warna biru (Fitria, 2009).
Sel
bakteri gram positif mungkin akan tampak merah jika waktu dekolorisasi terlalu
lama. Sedangkan bakteri gram negatif akan tampak ungu bila waktu dekolorisasi
terlalu pendek (Fitria, 2009).
BAB III.
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1
Waktu
dan Tempat Praktikum
Praktikum
pengelolaan penyakit tanaman dilaksanakan pada hari selasa,18 Oktober 2016 pukul 11.30 Wita-Selesai. Bertempat
di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Pertanian Universitas Mataram.
3.2
Alat
dan Bahan Praktikum
Alat
yang digunakan pada praktikum ini adalah cawan petri, jarum ose, jarum ent, dan
lampu spiritus. Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah busuk lunak
wortel, dan karat daun kacang tanah.
3.3
Cara
Kerja
v Isolasi
Jamur
1. Dibersihkan
bagian tanaman yang terserang (tanaman kacang tanah) dari berbagai kotoran
(tanah) yang menempel
2. Diambil
bagian tanaman, yaitu pada bagian batang, dengan memotong pada bagian antara
yang sakit dengan yang sehat kira-kira 1 cm
3. Bagian
tanaman yang telah potongan tersebut direndam di dalam larutan alkohol 70%
selama 1 menit, lalu dibilas dengan menggunakan air steril sebanyak 3 kali.
4. Setelah
dibilas, potongan-potongan tersebut kemudian ditiriskan di atas kertas saring,
setelah itu diletakkan pada media yang telah disediakan yaitu PDA. Hal ini
dilakukan sebanyak 2 ulangan menggunakan 2 petridis yang telah diisi dengan
media PDA.
5. Setelah
itu, petridis-petridis tersebut diinkubasikan, untuk melihat jamur yang tumbuh,
kemudian diamati jenis jamur yang tumbuh, dilihat dari warnanya dan bentuknya.
v Isolasi
bakteri
1. Diambil
bagian buah wortel yang terserang bakteri dengan menggunakan ose, kemudian
diencerkan pada air steril 10 ml.
2. Dari
hasil pengenceran tersebut, diambil 1 ml untuk diencerkan kembali dalam 9 ml
air steril, begitu seterusnya sampe pengenceran keempat.
3. Diambil
sedikit cairan dari hasil pengenceran yang terakhir dengan menggunakan ose,
dengan cara mencelupkan sedikit bagian ose pada cairan tersebut, kemudian dibiakkan
dengan metode goresan pada media yang telah disediakan yaitu NA (Nutrient
Agar).
4. Setelah
itu, hasil penggoresan tersebut diinkubasikan dan diamati bakteri yang tumbuh
dengan memperhatikan bentuk-bentuknya apabila dilihat dari atas, samping, dan
bagian tepinya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Hasil Pratikum
GAMBAR
|
KETERANGAN
|
||||||||||||
1.
Layu Fusarium sp.pada tanaman cabe
|
|
||||||||||||
2.Busuk Lunak
wortel
Erwinia .c
|
|
||||||||||||
3.Hawar daun padi Xanthomonas
Sp
|
|
4.2.Pembahasan
Dari isolasi jamur yang diamati pada tanaman cabe dapat
diketahui dari karakteristik jamur tersebut merupakan jamur patogen dari
spesies Fusarium sp. yang ditandai
dengan bentuk makrokonidia yang ditemukan, yaitu berbentuk bulat sabit serta
memiliki sekat-sekat. Fusarium sp.
merupakan salah satu patogen yang dapat menyebabkan
penyakit layu daun yang mengakibatkan tanaman mati. Gejala awal dari penyakit
ini ialah terjadinya pemucatan daun dan tulang daun, diikuti dengan merunduknya
tangkai daun yang lebih tua. Kadang-kadang kelayuan didahului dengan menguningnya
daun. Pada tahap selanjutnya tanaman menjadi kerdil dan merana, jika tanaman
yang sakit tersebut dipotong dekat pangkal batang atau dikelupas dengan pisau
akan terlihat suatu cincin berwarna coklat dari berkas pembuluh. Pada serangan
berat, gejala tersebut juga terdapat pada tanaman bagian atas.
Pada tanaman
wortel menunjukkan gejala busuk umbi yang disebabkan oleh serangan jamur
patogen Erwinia carotovora. hal ini dapat
dilihat dengan terjadinya pembusukan jaringan pembuluh angkut sehingga tampak
kecoklatan, daun menguning dan tanaman mati. Bakteri ini sangat menyukai daerah
yang beriklim hangat. Erwinia carotovora merupakan
bakteri tular tanah yang dapat menyerang apa saja dari bagian tanaman dan dapat menyebabkan terjadinya busuk lunak,
nekrosis, dan kelayuan. pada pengamatan, bakteri melakukan penyerapan terhadap
warna yaitu menyerap cat warna merah.
Tanaman padi
terkena penyakit hawar yang ditunjukkan dengan gejala daun bercak berwarna
kuning atau mengalami nekrosis. Penyakit ini disebabkan oleh Xanthomonas yang disebarkan melalui
vektor dan faktor lingkungan lainnya. Pada pengamatan makroskopis, koloni
bakteri ini berbentuk bintik-bintik kekuningan, tepinya bergerigi, dan cukup
pekat.
BAB.
V KESIMPULAN
Kesimpulan yang
didapat dari hasil pengamatan dan pembahasan, yaitu sebagai berikut:
1. Isolasi sangat penting dilakukan
untuk membantuk mengidentifikasi penyakit pada tanaman.
2. Jamur Fusarium sp. Memiliki karakteristik yang mencolok yaitu: makrokonidia
yang berbentuk bulat sabit yang dapat menyebabkan layu pada tanaman yang
dijangkitinya
3. Bakteri Erwinia memiliki bentuk makroskopis tak teratur, kekuningan,
permukaannya
datar, kepekatannya seperti mentega dan berombak-ombak.
4. Bakteri Xanhomonas berbentuk
bintik-bintik kekuningan, tepinya bergerigi, dan cukup
pekat.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pewarnaan
gram merupakan salah satu teknik pewarnaan atau pengecatan yang dikerjakan di
laboratorium mikrobiologi untuk kepentingan identifikasi bakteri. Morfologi
mikroskopik mikroorganisme yang diperiksa dan sifatnya yang khas terhadap
pengecatan tertentu (pengecatan gram) dapat digunakan untuk identifikasi awal.
Dengan metode pengecatan gram, bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
bakteri Gram positif dan Gram negatif berdasarkan reaksi atau sifat bakteri
terhadap cat tersebut. Reaksi atau sifat bakteri tersebut ditentukan oleh
komposisi dinding selnya. Oleh karena itu, pengecatan gram tidak bisa dilakukan
pada mikroorganisme yang tidak mempunyai dinding sel. Dalam proses ini,
olesan bakteri yang sudah terfiksasi dikenai larutan-larutan berikut : zat
pewarna kristal violet, larutan iodium, larutan alkohol (bahan pemucat), dan
zat pewarna tandingannya berupa safranin.
Bakteri
garam positif adalah bakteri yang mempertahanka zat warna metil ungu atau
Kristal ungu sewaktu proses pewarnaan gram. Bakteri jenis tersebut akan
berwarna biru atau ungu di bawah mikroskop, sedangkan bakteri gram negative
akan berwarna merah muda atau merah. Perbedaan klasifikasi antara kedua jenis
bakteri tersebut terutama didasarkan pada perbedaan struktur dinding sel
bakteri (Karmana, 2008).Berdasarkan hal tersebut maka dilakukanlah agar
praktikan dapat memahami dan melakukan pewarnaan gram terhadap suatu jenis
bakteri; mengidentifikasi suatu jenis bakteri gram positif atau gram negatif;
dan mengamati bentuk bakteri.
1.2. Tujuan praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk
mengetahui bentuk-bentuk mikroskopis patogen tanaman.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Setiap
mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan sifat
sifat yang khas, . Oleh karena itu, perlu dilakukan pewarnaan agar
bakteri tampak jelas bila diamati dengan mikroskop. Pengamatan
morfologi sangat penting untuk identifikasi dan determinasi. Bahkan pengamatan
morfologi ini lebih penting daripada pengamatan fisiologis. Terdapat beberapa
cara atau metode pengamatan yaitu dengan pembuatan slide cultur atau
hanging drop. Mikroorganisme umumnya tidak memiliki pigmen
sehingga tidak berwarna dan hampir tidak kelihatan karena tidak kontras dengan
medium dimana mereka hidup. Oleh karena itu, perlu dilakukan pewarnaan agar
bakteri tampak jelas bila diamati dengan mikroskop (Dwidjoseputro, 2005).
Pewarnaan gram merupakan salah
satu teknik pewarnaan atau pengecatan yang dikerjakan di laboratorium
mikrobiologi untuk kepentingan identifikasi bakteri. Morfologi mikroskopik
mikroorganisme yang diperiksa dan sifatnya yang khas terhadap pengecatan
tertentu (pengecatan gram) dapat digunakan untuk identifikasi awal. Dengan
metode pengecatan gram, bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu bakteri
Gram positif dan Gram negatif berdasarkan reaksi atau sifat bakteri terhadap
cat tersebut. Reaksi atau sifat bakteri tersebut ditentukan oleh komposisi
dinding selnya. Oleh karena itu, pengecatan gram tidak bisa dilakukan pada
mikroorganisme yang tidak mempunyai dinding sel.
pembuatan isolat
dilakukan dengan cara
mengambil sampel
mikrobiologi dari lingkungan
yang ingin diteliti.
Dari sampel tersebut
kemudian dibiakkan dengan menggunakan
media universal atau media selektif, tergantung tujuan yang ingin dicapai.
Jika menggunakan media
universal akan diperoleh
biakan mikroba campuran. Untuk proses identifikasi maupun
isolasi jenis tertentu
saja, dilakukan proses
pembuatan isolat tunggal
dari isolat campuran tersebut. Isolat tunggal atau biakan murni
merupakan biakan yang asalnya dari pembelahan satu sel tunggal (Anonim, 2012).
Pengenceran
suspensi bakteri dari sampel/ sumber isolat dari alam diperlukan dalam rangka memudahkan dalam
pengamatan koloni, terutama
dalam kegiatan bertahap
pemurnian isolat (sub-kultur).
Koloni yang tumbuh terpisah
dalam kuantitas yang
dapat dihitung memudahkan
peneliti untuk memilih koloni
yang akan dipisahkan (disub-kultur). Ada beberapa metode untuk memperoleh
biakan murni dari isolat campuran. Dua
diantaranya yang sering digunakan adalah teknik cawan gores dan teknik cawan
tuang. Prinsip dari kedua teknik
tersebut sama, yaitu mengencerkan biakan campuran hingga setiap individu
spesies dapat dipisahkan, sehingga setiap koloni yang terbentuk merupakan hasil
dari pembelahan satu sel (Anonim, 2012).
Bakteri
gram negatif memiliki 3 lapisan dinding sel. Lapisan terluar yaitu
lipoposakarida (lipid) kemungkinan tercuci oleh alkohol, sehingga pada saat
diwarnai dengan safranin akan berwarna merah. Bakteri gram positif memiliki
selapis dinding sel berupa peptidoglikan yang tebal. Setelah pewarnaan dengan
kristal violet, pori-pori dinding sel menyempit akibat dekolorisasi oleh
alkohol sehingga dinding sel tetap menahan warna biru (Fitria, 2009).
BAB
III METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada
hari Selasa, tanggal 17 November 2015 di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas
Pertanian, Universitas Mataram.
3.2. Alat dan Bahan Praktikum
Alat-alat yang digunakan pada praktikum
ini adalah gelas benda, jarum en, jarum ose, lampu Bunsen dan mikroskop. Sedangkan
bahan-bahan yang digunakan adalah biakan jamur dan bakteri, air, alkohol,
larutan cat gram A,B,C dan D.
3.3. Prosedur Kerja
3.3.1. Pengamatan jamur
1. Dipanaskan jarum ose pada lampu
Bunsen kemudian ddingi anginkan;
2. Diiambil koloni jamur dengan
menggunakan jarum en dan diletakkan pada gelas benda disamping lampu spiritus
agar tetap steril;
3. Ditutup dengan gelas penutup;
4. Diiamati dibawah mikroskop, diamati
bentuk, ukuran, letak spora pada tangkai pendukungnya atau sifat-sifat lain
yang spesifik yang ditemukan pada saat pengamatan.
3.3.2.
Pengamatan morfologi bakteri
1. Dipanaskan jarum ose pada lampu
Bunsen kemudian didingin anginkan;
2. Diambil suspensi bakteri
disamping lampu Bunsen agar tetap steril.
3.
Diteteskan cat gram A, didiamkan selama 1 menit kemudian dibilas dengan air
mengalir dan dikering anginkan;
4.
Diteteskan cat gram B dan diamkan selama 1 menit kemudian dicuci dengan air
mengalir dan dikering anginkan;
5. Dicat kembali denagn cat gram C didiamkan selama 30 detik
kemudian dicuci dengan air mengalir dan dikering anginkan;
6.
Dicat dengan gram D dan dicuci kembali kemudian dikering anginkan;
7. Ditutup dengan gelas penutup
kemudian diamati dibawah mikroskop.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil Pengamatan
Table
3. Morfologi Jamur dan Bakteri
No
|
Patogen
|
Deskripsi
|
|||
1.
|
Fusarium sp.
P
Perbesaran 16 x 10
|
Jamur
ini berwarna putih, mikrokonidia berbentuk bulan sabit dan memiliki sekat.
|
|||
2.
|
Erwinia carotovora
Perbesaran
10 x 40
|
Bakteri ini berwarna merah muda dan berbentuk
bulat (cocus), bersifa soliter. Bakteri ini termasuk ke dalam
bakteri gram negatif.
|
4.2.
Pembahasan
Mikroorganisme
yang diamati tersebut bersifat parasit pada tumbuhan sehingga menyebabkan
kerusakan sel, mulai dari kerusakan ringan sampai kepada kerusakan berat yang
akan menyebabkan tanaman tersebut tumbuh dengan abnormal. pengamatan mikroskopis patogen dari
jenis jamur dan bakteri. Dari biakan jamur yang diamati, diketahui jamur
tersebut merupakan jamur patogen dari spesies Fusarium sp. yang ditandai dengan bentuk makrokonidia yang
ditemukan, yaitu berbentuk bulat sabit serta memiliki sekat-sekat dan Erwinia carotovora membentuk rangkaian
sel seperti rantai, tidak mempunyai kapsul dan tidak berspora.
Fusarium sp. adalah patogen yang dapat
menyebabkan penyakit layu daun yang mengakibatkan tanaman mati. Gejala awal
dari penyakit ini ialah terjadinya pemucatan daun dan tulang daun, diikuti
dengan merunduknya tangkai daun yang lebih tua. Kadang-kadang kelayuan
didahului dengan menguningnya daun. Pada tahap selanjutnya tanaman menjadi
kerdil dan merana, jika tanaman yang sakit tersebut dipotong dekat pangkal
batang atau dikelupas dengan pisau akan terlihat suatu cincin berwarna coklat
dari berkas pembuluh. Pada serangan berat, gejala tersebut juga terdapat pada
tanaman bagian atas. Gejala serangan jamur patogen dapat dilihat dengan
terjadinya pembusukan jaringan pembuluh angkut sehingga tampak kecoklatan, daun
menguning dan tanaman mati. JamurHal tersebut ditunjukkan oleh warna yang
diserap oleh bakteri tersebut, yaitu menyerap cat warna merah. Dimana bakteri
yang menyerap cat merah tersebut merupakan bakteri gram negatif yang dapat
menyebabkan masalah pada tanaman.
Erwinia ccarotovora
adalah bakteri bergram negatif berbentuk
batang yang hidup soliter atau berkelompok dalam pasangan atau rantai, tanpa
spora berflagela. Bakteri ini termasuk jenis fakultatif anaerob. Gejala
serangan ditandai dengan gejala awal pada daun terjadi bercak yang berair,
kemudian membesar dan berwarna coklat. Pada serangan lebih lanjut , daun yang
terinfeksi melunak berlendir dan mengeluarkan bau busuk tersebut merupakan gas
yang dikeluarkan dari hasil fermentasi karbohidrat. Pada umumnya infeksi
terjadi melalui luka atau lentisel. Infeksi dapat terjadi melalui luka karena
gigitan serangga atau alat pertanian. Patogen tanaman ini dapat menyebabkan
kematian sel melalui perusakan dinding sel secara osmosis mudah pecah.
BAB.
V KESIMPULAN
Kesimpulan yang
didapat dari hasil pengamatan dan pembahasan, yaitu sebagai berikut:
1.
Pengecatan patogen
dilakukan untuk mengidentifikasi dengan jelas bagian-bagian dari patogen
tersebut.
2. Jamur
Fusarium berbentuk kapsul dan
berwarna gelap, termasuk mikroorganisme gram negatif.
3.
Bakteri Erwinia carotovora berbentuk basil dan
berwarna merah, termasuk gram negatif
BAB I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Penyakit tanaman merupakan
penyimpangan dari sifat normal yang menyebabkan tanaman tidak dapat melakukan
kegiatan fisiologis seperti biasanya. Ada tiga faktor yang mendukung timbulnya
penyakit yaitu tanaman inang, penyebab penyakit, dan faktor lingkungan.
Faktor lingkungan
sangat mempengaruhi pertumbuhan dan aktivitas mikroba, Pertumbuhan faktor
lingkungan dapat mengakibatkan perubahan sifat morfologi dan fisiologi mikroba.
Beberapa mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Mikroba yang demikian
mempunyai sifat sangat resisten dengan lingkungan baru. Angin
dapat menyebarkan bakteri dan jamur dengan sangat cepat sekali setelah itu baru
menyerang tumbuhan inangnya sehingga penyakit akan segera tersebar luaskan.
Penyebaran
inokulum patogen merupakan hal yang penting perlu diperhatikan karena inokulum
dapat menyebar tumbuh dan berkembang kedaerah-daerah yang jauh tempatnya dari
sumber inokulum. Inokulum dapat menyebar secara aktif dan secara pasif. Di mana
secara pasif inokulum memerlukan agen-agen pembawa atau pengantar di alam
melakukan penyebaran di mana penyebaran ini sangat bergantung pada agen
pembawanya, adapun agen pembawa dapat berupa air, angin, hewan manusia, dan
juga bahan tanaman itu sendiri. Sedangkan secara aktif inokulum dapat
memisahkan diri dari sumber inokulum atas aktifitas individu. Pelepasan
spora-spora jamur tertentu sangat membutuhkan adanya bantuan untuk membebaskan
atau mengeluarkan sepora dari tempatnya.
salah satu faktor yang mempengaruhi penyakit infeksi pada
tanaman adalah angin. Angin memiliki kemampuan untuk peningkatan penyebaran
patogen tanaman dan jumlah luka pada tanaman inang dan dalam jumlah yang lebih
kecil dapat mempercepat pengeringan permukaan tanaman yang basah. Kebanyakan
penyakit tanaman yang menyebar secara cepat dan diasumsikan mempunyai proporsi
epidemik yang besar yang disebabkan oleh patogen jamur, bakteri, dan virus
disebabkan oleh angin baik secara langsung atau tidak langsung melalui vektor
yang dapat terbawa dalam jarak jauh oleh angin. Angin juga dapat menyebabkan
permukaan tanaman terluka karena hembusan kerasnya atau karena saling
bersinggungan antar tanaman atau melalui pasir yang diterbangkan dan hal ini
memungkinkan terjadinya infeksi.
Oleh karena itu, perlu
dilakukan pengamatan tentang faktor lingkungan untuk mengetahui seberapa besar
peran angin dalam menyebarkan inokulum.
1.2
Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
faktor lingkungan yaitu angin sebagai
faktor penyebar inokulum patogen penyakit pada tanaman.
BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA
Penyakit tanaman
adalah usaha untuk mencegah, mengurangi kerusakan, serta mengurangi kerugian
pada tanaman atau bagian darinya yang dibudidayakan. Ada
tiga faktor yang mendukung timbulnya penyakit yaitu tanaman inang, penyebab
penyakit, dan faktor lingkungan. Tanaman inang adalah tanaman yang diserang
oleh patogen. Patogen ada dua yaitu fisiopath yang bukan organisme dan parasit
yang meruapakan organisme seperti jamur, bakteri, dan virus (Martoredjo, 1989).
Penyebaran
inokulum penyakit tumbuhan merupakan hal yang penting karena inokulum dapat
menyebar tumbuh dan berkembang kedaerah-daerah yang jauh tempatnya dari sumber
inokulum. Inokulum dapat menyebar secara aktif dan secara pasif. Di mana secara
pasif inokulum memerlukan agen-agen pembawa atau pengantar di alam melakukan
penyebaran di mana penyebaran ini sangat bergantung pada agen pembawanya,
adapun agen pembawa dapat berupa air, angin, hewan manusia, dan juga bahan
tanaman itu sendiri. Sedangkan secara aktif inokulum dapat memisahkan diri dari
sumber inokulum atas aktifitas individu. Pelepasan spora-spora jamur tertentu
sangat membutuhkan adanya bantuan untuk membebaskan atau mengeluarkan sepora
dari tempatnya. (Klanapujangga, 2011).
Faktor yang
perlu diperhatikan dalam kegiatan budidaya adalah penyebaran inokulum penyakit
tanaman, karena inokulum dapat menyebar, tumbuh dan berkembang ke daerah-daerah
yang jauh tempatnya dari sumber inokulum. Inokulum dapat menyebar secara aktif
dan pasif. Penyebaran secara pasif ini sangat tergantung pada pembawanya, tapi
cara ini lebih efektif menyebarkan inokulum hingga jauh jaraknya. Agen-agen
pembawa ini dapat berupa air, angin, manusia, hewan, bahan tanaman itu sendiri
atau again-agen lainnya. Misalnya penyebaran jamur, banyak jamur parasit yang
penyebarannya terutama dilakukan oleh
angin.
Angin merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
penyakit infeksi pada tanaman terutama melalui peningkatan penyebaran patogen
tanaman dan jumlah luka pada tanaman inang dan dalam jumlah yang lebih kecil
dapat mempercepat pengeringan permukaan tanaman yang basah. Kebanyakan penyakit
tanaman yang menyebar secara cepat dan diasumsikan mempunyai proporsi epidemik
yang besar yang disebabkan oleh patogen jamur, bakteri, dan virus disebabkan
oleh angin baik secara langsung atau tidak langsung melalui vektor yang dapat
terbawa dalam jarak jauh oleh angin. Angin juga dapat menyebabkan permukaan
tanaman terluka karena hembusan kerasnya atau karena saling bersinggungan antar
tanaman atau melalui pasir yang diterbangkan dan hal ini memungkinkan
terjadinya infeksi (Abadi, 2003).
Banyak
jamur parasit yang penyebarannya terutama dilakukan oleh angin, karena jamur
membentuk dan membebaskan spora ke udara dalam jumlah yang tidak terhitung,
mempunyai ukuran yang kecil dan ringan sekali, sehingga mudah diangkut oleh
angin dalam jarak jauh. Meskipun spora-spora jamur pada umumnya terdapat dalam
lapisan udara di dekat tanah, di lapisan udara yang tingginya ribuan meter pun
masih terdapat spora (Semangun, 2001).
BAB III.
METODDOLOGI PRAKTIKUM
3.1
Waktu dan
Tempat Praktikum
Praktikum
pengelolaan penyakit tanaman dilaksanakan
pada hari selasa,15 Nopember 2016 pukul
11.30
Wita-Selesai.Bertempat di
Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Pertanian Universitas Mataram.
3.2
Alat dan
bahan praktikum
Alat yang
digunakan yaitu mikroskop, kipas angin dan gelas benda. Bahan yang digunakan
yaitu tanaman kacang tanah dan vaselin.
3.3
Prosedur
kerja
Prosedur kerja yang digunakan yaitu
1.
Dibersihkan beberapa gelas benda dan oleskan Vaseline setipis mungkin
pada salah satu sisinya.
2.
Diletakan gelas benda tersebut dengan interval jarak 1 m antara satu
sama lain sebanyak 5 jarak.
3.
Diambil kipas angin dan letakan menghadap kearah barisan gelas benda
dengan jarak 1 m dari gelas benda terdepan.
4.
Diambil tanaman kacang tanah yang sakit berjak daun atau karat daun,
pegang tepat didepan kipas angin kemudian gerakan kacang tanah tersebut selama
± 10 menit.
5.
Dihentikan kipas angin dan amati spora-spora yang jatuh dan tertangkap
digelas benda pada jarak yang berbeda.
6.
Dihitung jumlah spora dibidang pandang dan bandingkan antara jarak yang
satu dengan yang lainnya dibawah mikroskop.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Jarak
|
No
|
Warna
|
Ket
|
||||
Merah
|
Kuning
|
||||||
1
|
1
|
0
|
1
|
|
|||
2
|
0
|
0
|
|||||
3
|
0
|
0
|
|||||
Rata2
|
0
|
0,33
|
|||||
2
|
1
|
3
|
0
|
|
|||
2
|
3
|
0
|
|||||
3
|
0
|
0
|
|||||
Rata2
|
2
|
0
|
|||||
3
|
1
|
2
|
0
|
|
|||
2
|
0
|
0
|
|||||
3
|
0
|
0
|
|||||
Rata2
|
0,66
|
0
|
|||||
4
|
1
|
1
|
1
|
|
|||
2
|
2
|
1
|
|||||
3
|
3
|
3
|
|||||
Rata2
|
2
|
1,66
|
|||||
5
|
1
|
2
|
0
|
|
|||
2
|
1
|
0
|
|||||
3
|
5
|
0
|
|||||
Rata2
|
2,66
|
0
|
4.2.Pembahasan
Penyebaran inokulum merupakan suatu hal yang sangat penting untuk
diketahui. Hal ini dikarenakan kemampuan penyebaran oleh masing-masing penyakit
akan memberikan pengaruh pathogen dalam menyebabkan penyakit. Penyebaran
pathogen pada tanaman menggunakan berbagai cara yaitu air, angin, serangga,
hewan dan bahkan manusia.
Angin ini mempengaruhi penyakit infeksi pada
tanaman, terutama melalui peningkatan penyebaran patogen tanaman dan jumlah
luka pada tanaman inang dan dalam jumlah yang lebih kecil dapat mempercepat
pengeringan permukaan tanaman yang basah. Kebanyakan penyakit tanaman yang
menyebar secara cepat dan diasumsikan mempunyai proporsi epidemik yang besar
yang disebabkan oleh patogen jamur, bakteri, dan virus disebabkan oleh angin
baik secara langsung atau tidak langsung melalui vektor yang dapat terbawa dalam
jarak jauh oleh angin.
Berdasarkan hasil pengamatan pertama dapat
dilihat bahwa, rata-rata jumlah spora Pucinia
sp. paling banyak terdapat pada
jarak 4 m yaitu 16,2 dan paling sedikit pada jarak 1 m yaitu 1,6. Dimana,
semakin jauh jaraknya semakin banyak sporanya. Hal tersebut dikarenakan,
semakin besar kecepatannya maka sporanya semakin banyak sehingga spora yang
banyak itu ada pada jarak yang lebih jauh lagi atau tak terhingga karena spora
jamur ini sangat ringan dan kecil. Sedangkan pada pengamatan kedua yaitu pada
Cercospora sp. rata-rata jumlah spora yang paling banyak terdapat pada 1 m
yaitu 4,2 dan paling sedikit pada jarak 4 m yaitu 0,6, Hal itu terjadi karena kekeliruan saat
pengamatan, umumnya pada jarak terjauh jumlah spora akan semakin banyak . Oleh
karena itu, semakin tinggi kecepatan angin maka spora yang akan tersebar pun
akan semakin jauh keberadaannya.
.
BAB V.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan
tersebut, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1.
Penyebaran inokulum sangat efektif
melalui peran angin untuk menyebarkan sporanya pada bagian tanaman.
2.
Pada hasil pengamatan, jumlah
spora jamur yang paling banyak terdapat pada jarak 5 m dan paling sedikit pada
jarak 1 m.
3.
Pada umumnya semakin jauh jaraknya
makin semakin banyak pula sporanya. Karena kekuatan angin sangat besar untuk
menerbangkan spora.
BAB I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Dalam
melakukan kegiatan teknik pembiakan murni tidak saja diperlukan bagaimana
memperoleh suatu biakan yang murni saja, tetapi juga bagaimana memelihara serta
mencegah terjadinya pencemaran dari luar. Inokulasi merupakam pekerjaan
memindahkan bakteri dari medium yang
lama ke medium baru dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi. Untuk
melakukan penanaman bakteri (inokulasi) terlebih dahulu di usahakan agar semua
alat yang ada dalam hubungannya dengan yang medium agar tetap steril, hal ini
agar menghindari terjadinya kontaminasi Inokulasi bertujuan untuk menumbuhkan, meremajakan mikroba yang murni. Setelah perlakuan inokulasi
berhasil, dapat dilakukan uji patogenisitas.
Patogenisitas
adalah kemampuan patogen untuk menyebabkan penyakit, kemudian patogenesis
adalah mekanisme infeksi dan perkembangan penyakit. Uji patogenisitas adalah
uji yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh serangan patogen
terhadap tanaman inang. Sehingga dapat dilakukan pencegahan dan pengendalian
yang sesuai.
1.2
Tujuan
Praktikum
Tujuan
dari praktikum ini yaitu untuk mengamati masa inkubasi dari jamur patogen
tumbuhan.
BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA
Inokulasi merupakan proses memindahkan inokulum
dari biakan ke inang. Inokulasi adalah suatu proses patogen atau unit-unit
reproduksinya mengadakan kontak dengan tumbuhan. Setelah mengadakan inokulasi
inokulum patogen tertentu (konidium jamur) harus berkecambah, terbentuklah germ
tube (tabung kecambah) yang selanjutnya membentuk apresorium, berfungsi sebagai
alat penetrasi.Pada patogen yang mengadakan penetrasi langsung biasanya dari
apresorium dibentuk penetration peg (tabung infeksi), fungsinya untuk menembus
kutikula dan dinding sel epidermis (Sastrahidayat, 1990).
Inokulasi dapat beberapa macam cara atau
jenisnya, yaitu inokulasi jamur, inokulasi bakteri, dan inokulasi virus. Pada
inokulasi jamur dilakukan melalui luka-luka dan stomata. Untuk inokulasi
bakteri dibuat dengan cara penetrasi patogen dengan bantuan air. Inokulasi
virus dibuat dengan cara melalui suatu kerusakan mekanis dan dengan perantara
virus (Jutono, 1973).
Teknik
yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme pada media agar memungkinkannya
tumbuh dengan agak berjauhan dari sesamanya, juga memungkinkan setiap selnya
berhimpun membentuk koloni, yaitu sekelompok massa sel yang dapat dilihat
dengan mata telanjang. Bahan yang diinokulasikan pada medium disebut inokulum,
dengan menginokulasi medium agar nutrien (nutrien agar) dengan metode agar
tuang atau media agar sebar, sel-sel mikroorganisme akan terpisah
sendiri-sendiri. Setelah inkubasi, sel-sel mikroba individu memperbanyak diri
secara cepat sehingga dalam waktu 18 sampai 24 jam terbentuklah massa sel yang
dapat dilihat dan dinamakan koloni. Koloni dapat terlihat oleh mata
telanjang.Setiap koloni merupakan biakan murni satu macam mikroorganisme
(Pelczar dan Chan, 2007).
BAB III. METODOLOGI
PRAKTIKUM
3.1.
Waktu dan Tempat
Praktikum
Pengelolaan Penyakit ini dilaksanakan pada hari selasa tanggal 22 November
2016, pada pukul 11.30- 13.00.Dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi
Fakultas Pertanian Universitas Mataram.
3.2.
Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan pada
praktikum ini yaitu buku, jarum, petridish
dan alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu jamur Fusarium sp, Sclerotium sp, airdan benih
tomat
3.3.
Prosedur Kerja
Ada
beberapa langkah dalam praktikum ini yaitu:
3.3.1. Uji antagonis Fusarium sp
1. Disediakan
alat dan bahan yang digunakan
2. Dilukai
pangkal batang tanaman tomat
3. Diambil
jamur Fusarium sp menggunakan jarum
ent
4. Disimpan
jamur Fusarium sp tersebut pada
bagian tanaman yang dilukai.
5. Diamati
setiap hari dan dicatat hasil pengamatan.
3.3.2. Uji antagonis Sclerotium sp
1. Disediakan
alat dan bahan yang digunakan
2. Dilukai
pangkal batang tanaman tomat
3. Digali
sedikit tanah didekat bagian tanaman yang dilukai
4. Diambil
jamur Sclerotium sp menggunakan jarum
ent
5. Disimpan
jamur Sclerotium sp tersebut pada
tanah yang digali
6. Diamati
setiap hari dan dicatat hasil pengamatan.
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1.Hasil Pratikum
Tabel
5. Inokulasi Fusarium sp dan Sclerotium sp pada tanaman tomat
No
|
Gambar tanaman yang
terinfeksi
|
Keterangan
|
1
|
Fusarium sp
|
Gejala karat daun
pada tanaman tomat
|
2
|
Sclerotium sp
|
Tanaman tidak mati
hanya terjadi karat daun
|
4.2. Pembahasan
Pada
praktikum ini dilakukan inokulasi patogen untuk mengetahui masa inkubasi
patogen dari jamur patogen tumbuhan. Inokulasi adalah pekerjaan memindahkan
bakteri dari medium yang lama ke medium baru dengan tingkat ketelitian yang
sangat tinggi.Pengujian inokulasi patogen ini dilakukan pada tanaman tomat
dengan menggunakan jamur Fusarium sp
dan Sclerotium sp.
Jamur
Fusarium sp merupakan salah satu
pathogen yang dapat menyebabkan penyakit pada beberapa tanaman budidaya.
Tanaman yang yang terserang oleh pathogen ini akan menyebabkan tanaman menjadi
layu sehingga dinamankan penyakit layu fusarium. Organ tanaman yang sering
diserang oleh jamur ini adalah akar, batang dan ada yang menyerang daun yang
mengakibatkan organ tersebut menjadi busuk. Cara kerja Fusarium sp yaitu miselium menginvasi jaringan pembuluh, menghambat
jaringan silem, menghalangi translokasi air, serta menghasilkan toksin yang
menyebabkan layu dengan memengaruhi kelenturan selaput sel dan merusak
metabolisme sel. Sclerotium rolfsii
merupakan cendawan patogen tular tanah, bersifat nekrotropis, dan menjadi
penyebab busuk pangkal batang akar pada tanaman.
Dari hasil pengamatan yang telah
dilakukan gejala yang ditimbulkan oleh jamur fusarium sp yaitu daun tanaman
menjadi karat setelah dilakukan pemberian suspensi jamur. Sedangkan pada Sclerotium rolfsii menyebabkan tanaman
menjadi layu karna terjadi karat daun. Kemampuan tanaman menimbulkan
gejala disebabkan tanaman yang digunakan
merupakan tanaman yang tidak tolerin atau varietas yang digunakan tidak tahan.
BAB
V. KESIMPULAN
Dari praktikum
yang sudah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1.
Cara kerja Fusarium sp yaitu miselium menginvasi
jaringan pembuluh, menghambat jaringan silem, menghalangi translokasi air,
serta menghasilkan toksin yang menyebabkan layu dengan memengaruhi kelenturan
selaput sel dan merusak metabolisme sel
2. Sclerotium rolfsii
merupakan cendawan patogen tular tanah, bersifat nekrotropis, dan menjadi
penyebab busuk pangkal batang akar pada tanaman.
3.
gejala yang ditimbulkan
oleh jamur fusarium sp yaitu daun tanaman menjadi karat setelah dilakukan
pemberian suspensi jamur.
4. Sclerotium rolfsii
menyebabkan tanaman menjadi layu karna terjadi karat daun. Kemampuan tanaman
menimbulkan gejala disebabkan tanaman
yang digunakan merupakan tanaman yang tidak tolerin atau varietas yang
digunakan tidak tahan.
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Dalam kegiatan pertanian, terdapat berbagai kendala yang
membatasi produksi hasil pertanian. Salah satu masalah yaitu adanya organisme
pengganggu tanaman.organisme pengganggu tanaman ini berupa hama, penyakit dan
gulma. Sejak dahulu untuk mengatasi kendala tersebut selalu diusahakan dengan
berbagai cara, antara lain dengan meracuni organisme pengganggu tersebut dengan
racun-racun yang berasal dari tumbuhan. Dalam PHT, pemberdayaan musuh alami dan
potensi biologi lainnya merupakan komponen utama, karena musuh alami mempunyai
peranan yang penting dalam penekanan populasi hama dan menjaga keseimbangan
ekosistem. Oleh karena itu musuh alami yang sudah ada perlu dijaga
kelestariannya dan upaya untuk meningkatkan peranannya dalam pengendalian hama
juga perlu dilakukan.
Secara umum pengertian pengendalian hama secara biologi atau
hayati adalah penggunaan makhluk hidup untuk membatasi populasi organisme
pengganggu tumbuhan (OPT). Pengendalian biologi (hayati) menunjukkan alternatif
pengedalian yang dapat dilakukan tanpa harus memberikan pengaruh negatif
terhadap lingkungan dan sekitarnya, salah satunya adalah dengan pemanfaatan
agens hayati seperti virus, jamur atau cendawan, bakteri atau aktiomisetes. Jamur
streptomyces digunakan sebagai jamur
atau cendawan antagonis yang mampu menghambat perkembangan patogen melalui
proses mikroparasitisme, antibiosis dan kompetisi. Dari uraian tersebut maka
perlu dilakukampraktikum ini untuk mengetahui cara uji antagonis.
1.2. Tujuan Praktikum
Adapun
tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui agen hayati dalam
mengendalikan patogen.
BAB II. TINJAUAN
PUSTAKA
Penyakit adalah
suatu bentuk perubahan yang ditunjukkan oleh tanaman sebagai suatu reaksi
terhadap patogen.Tanaman dikatakan sehat apabila tampilan atau penampakan dari
tanaman tersebut normal dan dapat menjalankan fungsi fisiologisnya dengan
lancar sesuai dengan potensi genetisnya. Apabila kemampuan sel-sel tumbuhan
untuk melakukan fungsi-fungsi fisiologisnya diganggu oleh patogen atau faktor
lingkungan tertentu, maka salah satu atau beberapa dari fungsi fisiologisnya
tidak dapat terlaksana sebagaimana mestinya sehingga terjadi penyimpangan dari
keadaan normal yaitu terjadi penyimpangan proses fisiologi tanaman dan dapat
dikatakan tanaman tersebut berpenyakit karena tampilan atau penampakannya
abnormal (Anonim, 2012).
Jamur
antagonis adalah kelompok jamur pengendali hayati yang mempunyai kemampuan
mengganggu proses hidup patogen tanaman. Mekanisme jamur antagonis dalam
menghambat patogen tanaman dapat melalui antibiosis, lisis, kompetisi, dan
parasitisme.Di samping itu, jamur antagonis mampu mencegah infeksi patogen
terhadap tanaman melalui aktivitas Induce Sistemic Resistance (ISR) (Abadi,
2003).
Eksplorasi
jamur antagonis dari rizosfer tanaman lebih muda di bandingkan dari sampel daun
atau bagian tanaman yang lain, karena dari rizofer banyak terdapat senyawa-senyawa
organik yang sangat berguna bagi pertumbuhan beberapa mikroorganisme, termasuk
jamur antagonis. Senyawa organik yang di keluarkan tanaman melalui akar dapat
berupa eksudat, sekresi, plant mucilage, mucigel, dan lisat.Jenis tanaman dan
jenis tanah sangat menentukan jenis jamur antagonis yang ditemukan (Agrios,
2008).
BAB III. METODOLOGI
PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan
Tempat
Praktikum
Pengelolaan Penyakit ini dilaksanakan pada hari selasa tanggal 22 November
2016, pada pukul 11.30- 13.00.Dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi
Fakultas Pertanian Universitas Mataram.
3.2. Alat dan
Bahan
Adapun alat yang digunakan pada
praktikum ini yaitu buku, jarum, petridish
dan alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu jamur Fusarium sp dan Sclerotium sp.
3.3. Prosedur
Kerja
Ada beberapa langkah kerja dalam
praktikum ini yaitu:
1. Di
siapkan media biakan dan media larutan
2. Ditumbuhkan
inokulum isolat jamur Fusarium sp dan
Sclerotium sp.
3. Dilakukan
pengamatan pada pertumbuhan koloni jamur Fusarium
sp dan Sclerotium sp.
4. Dilakukan
perhitungan terhadap penghambatan pertumbuhan jamur Fusarium sp dan Sclerotium
sp. dengan rumus I = ( r1 – r2 )/r1 x 100 %
5. Dicatat
hasil pengamatan.
BAB IV. HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1.
Hasil Pengamatan
Tabel
6.Pengamatan Fusarium sp dan Sclerotium sp.
Kelompok
|
Fusarium
sp vs
|
Sclerotium
sp. vs
|
||
r 1
|
r 2
|
r 1
|
r 2
|
|
9
|
3
|
3
|
3
|
3
|
10
|
3
|
3
|
3
|
3
|
11
|
3
|
3
|
3
|
3
|
12
|
3
|
3
|
3
|
3
|
13
|
3
|
3
|
3
|
3
|
14
|
3
|
3
|
3
|
3
|
15
|
3
|
3
|
3
|
3
|
16
|
3
|
3
|
3
|
3
|
Analisis
Data kelompok 15
·
Fusarium
sp vs
% hambatan = (r 1 - r
2 / r 1 ) x 100 %
=
(3 – 3 / 3 ) x 100 %
=
0 %
·
Sclerotium
sp. Vs
% hambatan = (r 1 - r
2 / r 1 ) x 100 %
=
(3 – 3 / 3 ) x 100 %
=
0 %
4.2. Pembahasan
Pengujian antagonis yang dilakukan bertujuan untuk
mengetahui besar nilai penghambatan Scleromicetes,.terhadapFusariumsp dapat dilakukan dengan uji antagonis.Berdasarkan
hasil uji antagonis di peroleh hasil pengamatan pertumbuhan koloni Scleromicetes., lebih cepat dibandingkan
dengan pertumbuhan koloni Fussarium sp..
Scleromicetes.dapat menghambat dan menekan
pertumbuhan jamur Fusariumsp.
sehingga pertumbuhan jamur Scleromicetes.
mendominasi ruang media PDA dalam cawan petri, serta terlihat adanya daerah
penghambatan yang menandakan adanya antibiosis.Dari
data tersebut terlihat bahwa sp. dapat menghambat pertumbuhan patogenisme,
dimana diketahui bahwa beberapa spesies Trichoderma mampu menghasilkan
metabolit gliotoksin dan viridin sebagai antibiotik dan beberapa spesies juga
diketahui dapat mengeluarkan enzim b1,3-glukanase dan kitinase yang menyebabkan
eksolisis pada hifa inangnya, namun proses yang terpenting yaitu kemampuan
mikoparasit dan persaingannya yang kuat dengan patogen (Cholil, 1991).
sclerotium Sp memiliki
peran antagonisme terhdap beberapa patogen tular tanah yang berperan sebagai
mikoparasit terhadap beberapa tanaman inang. Berpendapat bahwa mikoparasitisme dari Sclerotiummerupakan
suatu proses yang kompleks dan terdiri dari beberapa tahap dalam menyerang
inangnya. Interaksi awal dari Scleromicetes.yaitu dengan cara hifanya membelok
ke arah jamur inang yang diserangnya, Ini menunjukkan adanya fenomena respon
kemotropik pada Scleromicetes. karena adanya rangsangan dari hyfa inang ataupun
senyawa kimia yang dikeluarkan oleh jamur inang. Ketika mikoparasit itu
mencapai inangnya, hifanya kemudian membelit atau menghimpit hifa inang
tersebut dengan membentuk struktur seperti kait (hook-like structure),
mikoparasit ini juka terkadang mempenetrasi miselium inang dengan mendegradasi
sebagian dinding sel inang.
Mekanisme
penghambatan yang terjadi pada uji antagonisme yaitu secara antibiosis dan
hiperparasit yang dapat diamati dengan terbentuknya zona bening sebagai zona
penghambatan pertumbuhan bagi Sclerotium rolfsii, munculnya zona bening ini
menunjukkan trejadinya proses antibiosis yang dilakukan oleh jamur Sclerotiumterhadap jamur Sclerotium rolfsii dan pertumbuhan
miselium Sclerotiumyang menutupi
seluruh permukaan medium termasuk koloni Sclerotium rolfsii secara
hiperparasit. Kompetisi ruang dan makanan pada kedua jamur yang saling berinteraksi
menyebabkan pertumbuhan salah satu jamur terdesak disepanjang tepi koloninya,
sehingga pertumbuhannya akan ke atas tidak menyamping.
Adanya hambatan
perkembangan pertumbuhan koloni jamur pathogen Sclerotium rolfsii oleh jamur
antagonis spesifik lokasi Scleromicetes.disebabkan
karena pertumbuhan koloni jamur antagonis Scleromicetes.
jauh lebih cepat dibanding jamur pathogen Sclerotium rolfsii. Selain itu diduga
karena selulase yang dimiliki oleh jamur antagonis Scleromicetes. Akan merusak dinding sel selulosa jamur pathogen
Sclerotium rolfsii. Sesuai dengan pernyataan Salma dan Scleromicetes.Mampu menghasilkan selulase untuk menguraikan
selulosa menjadi glukosa.Selulosa merupakan komponen utama penyusun dinding sel
jamur pathogen Sclerotium rolfsii.
Sklerotium
mempunyai kulit yang kuat sehingga tahan terhadap suhu tinggi dan kekeringan.Di
dalam tanah sklerotium dapat bertahan sampai 6 atau 7 tahun. Dalam cuaca yang
kering sklerotium akan mengeriput, tetapi dalam lingkungan yang lembab
jumlahnya akan bertambah dengan cepat (Rusmawati, 2002).
Jamur ini
memiliki struktur yang terdiri dari mikronidia dan makronidia.Permukaan
koloninya berwarna ungu dan tepinya bergerigi.Permukaan kasar, berserabut dan
bergelombang.Di alam jamur ini membentuk konidium.Konidiofor bercabang – cabang
dan makro konidium berbentuk sabit, bertangkai kecil, sering kali berpasangan.
Miselium
terutama dapat di dalam sel khususnya di dalam pembuluh, juga memebentuk
miselium yang terdapat di antara sel –sel, yaitu di dalam kulit dan di jaringan
parenkim di dekat terjadinya infeksi.Mikronidia adalah spora dengan satu atau
dua sel yang dihasilkan fursarium pada semua kondisi dan dapat menginfeksi
tanaman. Mikronidia adalah fungi dengan tiga sampai lima sel biasanya ditemukan
pada permukaan. Klamidospora adalah spora dengan sel selain di atas, dan pada
waktu dorman dapat menginfeksi tanaman sporanya dapat tumbuh di air.
Daur
hidup agen pembawanya adalah penyakit yang terbawa oleh tanah (soil borne) dan
aktif dalam tanah dengan bentuk tubuh spora yang disebut sclerotia.Patogen ini
pada umumnya ditemukan di daerah tropik dan sub-tropik dan daerah-daerah
Amerika Serikat bagian selatan, barat dan tenggara.Daerah ini mempunyai
karakteristik iklim panas yang lembab yang kondusif untuk pertumbuhan dan
perkembangan patogen.Pertumbuhan Sclerotium spp optimal pada 27-300C
dan sclerotia tidak aktif pada suhu di bawah 00c.
BAB
V KESIMPULAN
Dari praktikum
yang sudah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Jamur Scleromicetes sp pada percobaan
kali inilah yang mempunyai diameter sama dengan Sclerotium rolfsii.
2. Jamur Scleromicetes sp. merupakan
jamur antagonis dan jamur Sclerotium rolfsii jamur pathogen.
3. Pertumbuhan koloni jamur antagonis
Scleromicetes sama dengan jamur patogen.
4. Sclerotium rolfsii adalah sejenis
jamur yang mempunyai miselium yang terdiri dari benang-benang, berwarna putih,
tersusun seperti bulu atau kipas.
DAFTAR
PUSTAKA
Budiyanto.
2005. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman.
Bumi Aksara. Jakarta.
Gutarowska
& Piotrowska, 2007. Pengantar
Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Hariyanto. 1990. Pengantar Ilmu Penyakit
Tumbuhan. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Isnansetiyo
dan Kurniastuti. 1995. Teknik Kultur Phytoplankton
dan Zooplankton Pakan Alami Untuk
pembenihan Organisme. Yogyakarta: Kanisius.
Krisno, A. 2011. Isolasi
Mikroorganisme Dalam Proses Pembuatan Enzim Sebagai
Hasil Produk di Bidang Industri. https://aguskrisno.wordpress.com/2011/04/11/bakteri.
Diakses Pada Tanggal 01 Desember
2016.
Pelczar, M. J. 1986. Chan Eement of Microbiologi Edisi 1.
Penerjemah Ratna sri Hadioetomo et.
al. UI Press. McGraw-Hill book company. Diakses Pada Tanggal 01 Desember 2016.
Prayudi dan Budiman. 2008. Pengantar Epidemiologi Penyakit Tanaman.
(diktat) Faperta Unib. Bengkulu.
Purnomo,
B. 2002. Pengantar Epidemiologi Penyakit
Tanaman. (diktat) Faperta Unib.
Bengkulu.
Ririnpunto.
2011. Hubungan Kecepatan Angin Dan
Kelembaban Udara Terhadap Pemencaran
Konidium Cercospora Nicotianae Pada
Tembakau. Agritrop, 26 (4) : 160–
167.
Sektiono. 2008. Cara Patogen Menyerang Tumbuhan Inang. http://sektiono.blogspot.com/2009/11/cara-patogen-menyerang-tumbuhan inang.html. Diakses Pada Tanggal 01 Desember 2016.
Semangun, 1993. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Bayumedia
Publishing. Malang.
Semangun, H., 2001. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta.
Sutedjo
. 2000. Mikrobiologi Pertanian .
Universitas Brawijaya. Malang.
Talaro,
K. P. 1999. Foundation Mikrobiologi Third
Edition.MC Graw Hill. Company:Boston.
Yulianti, 2010. Fitopatologi. https://id.wikipedia.org/wiki/Fitopatologi. Diakses Pada Tanggal 01 Desember 2016.
Abadi, A.L., 2003. Ilmu
Penyakit Tumbuhan.BayumediaPublishing. Malang.
Anonim. 2012. Teknik Isolasi Bakteri. http://tambangunsi.blogspot.com. Diakses pada tanggal 25 Desember 2014.
Djahyadi. 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Kasinius. Yogyakarta
Djara, Vebriyant.
2013. Jamur Fusarium oxysporum. http://vebryant-djara92.blogspot.com/2013/04/jamur-fusarium-oxysporum.html. Diakses tanggal 25 Desember 2014.
Gandjar. 1999. Mikrobiologi.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Jutono, S. 1973. Isolasi
Bakteri dan Jamur. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Krisno, 2011. Peranan Mikroba. http://krisnoplames.blogspot.com/peranan-mikroba.html. Diakses
pada tanggal 25 Desember 2014
Machmud, M. 2005. Pengelolaan Koleksi Pathogen Tanaman. Bogor: Balai Penelitian
Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian, Departemen Pertanian.
Masruroh, Ika Nur. 2013. Identifikasi Bakteri
dengan Pewarnaan dan Morfologi Koloni dan Uji Biokimia. http://ikanurmasruroh.blogspot.com. Diakses
tanggal 26 Desember 2014.
Muhidin.
1993. Dasar Hama Dan Penyakit Tumbuhan.
Universitas Muhammadiyah. Malang.
Pelczar dan Chan. 2007. Analisis Mikroba pada
Inokulasi . Edisi Kelima.Erlangga: Jakarta
Purwantisari, dkk.
2008. Pengendalian Hayati Penyakit Lodoh
(Busuk Umbi Kentang) Dengan Agens Hayati. Jamur-jamur
Antagonis Isolat Lokal. Lab. Mikrobiogenetika Jurusan Biologi FMIPA
Undip. Semarang
Sastrahidayat. 1990. Isolasi
Bakteri. Bandung : ITB
Semangun, H., 2001. Pengantar
Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Triharso. 1995. Tanda
Penyakit Tanaman.http;//
naneuntetylicious.blogspot.com. Diakses pada tanggal 26 Desember 2014.
Wahyuni. 2013.
Morfologi Jamur dan Bakteri. http://ayiwahyuni29.blogspot.com. Diakses tanggal 26 Desember 2014.
Yunasfi. 2002. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan
Penyakit Danpenyakit Yang Disebabkan Oleh Jamur. Universitas Sumatera
Utara. Sumatera utara.
.
Herpes adalah penyakit serius dan berulang yang tidak dapat disembuhkan melalui obat-obatan atau suntikan oleh dokter Amerika tetapi cara terbaik untuk menangani Herpes adalah dengan meminum obat herbal alami untuk itu, saya telah membaca tentang DR JAMES, dokter ahli herbal yang menyembuhkan saya dari herpes dengan obat herbal yang kuat. Saya menghubungi dia untuk mengetahui bagaimana dia dapat membantu saya dan dia mengatakan kepada saya untuk tidak pernah khawatir
BalasHapusbahwa dia akan membantu saya dengan ramuan alami dari Tuhan!
Setelah 2 hari menghubunginya, dia memberi tahu saya bahwa obatnya sudah siap dan
dia mengirimkannya kepada saya melalui UPS SPEED POST dan itu sampai kepada saya setelah 3 hari!
Saya menggunakan obat itu seperti yang dia perintahkan kepada saya (PAGI dan MALAM) dan ternyata saya
sembuh!
ini benar-benar seperti mimpi tetapi saya sangat senang! untuk orang yang menderita penyakit berikut: Penyakit Alzheimer, Penyakit Bechet, Penyakit Crohn, Penyakit Parkinson, Skizofrenia, Kanker Paru, Kanker Payudara, Kanker Colo-Rectal, Kanker Darah, Kanker Prostat, siva. Penyakit Dupuytren, Tumor bulat-sel kecil Desmoplastik Diabetes, penyakit Celiac, Penyakit Creutzfeldt-Jakob, Angiopati Amiloid Serebral, Ataksia, Artritis, Amyotrophic Lateral Sclerosis, Fibromyalgia, Fluoroquinolone Toksisitas
Syndrome Fibrodysplasia Ossificans ProgresS sclerosis, Kejang, penyakit Alzheimer, Adrenocortical carcinoma. Asma, penyakit alergi. AIDS, Herpe, Copd, Glaucoma., Katarak, degenerasi makula, penyakit kardiovaskular, penyakit paru-paru, kanker prostat, osteoporosis, kanker prostat
Dementia.Lupus.
, Penyakit Cushing, Gagal Jantung, Multiple Sclerosis, Hipertensi, Kanker Colo_Rectal, Penyakit Lyme, Kanker Darah, Kanker Otak, Kanker Payudara, Kanker Paru-Paru, Kanker Ginjal, HIV, Herpes, Hepatitis B, Radang Hati, Diabetes, Fibroid,
harus menghubungi dia untuk obat herbal karena saya adalah kesaksian hidup dan saya sembuh dari herpes dan obatnya sah. Saya mengiriminya apa yang dia minta dan dia mengirimi saya obatnya yang saya minum selama 2 minggu yang baik dan hari ini saya di sini dengan hasil negatif. Ketika saya pergi untuk tes saya sangat senang setelah minum obat herbal, saya memberi penghormatan kepada negaranya untuk merayakan bersamanya di festival Afrika-nya yang dia katakan biasanya terjadi setiap tahun. Anda dapat menghubunginya melalui VIA E-mail drjamesherbalmix@gmail.com atau nomor whatsapp: +2348152855846