Selasa, 27 Desember 2016

LAPORAN AKHIR PENYAKIT TANAMAN SEMESTER V, FAKULTAS PERTANIAN

BAB I. PENDAHULUAN
1.1         Latar Belakang

Pada umumnya, penyakit tanaman adalah penyimpangan dari keadaan normal. misalnya penyakit layu dapat disebabkan oleh bakteri ataupun jamur. Sehingga Pengetahuan mengenai berbagai jenis mikroorganisme yang menyebabkan penyakit sangat diperlukan, sehingga kita bisa merencanakan bagaimana cara penanganan penyakit tersebut. (Pracaya, 1999).
           
Timbulnya gejala penyakit disebabkan karena adanya interaksi antara tanaman inang dan patogen. Penamaan gejala penyakit dapat didasarkan kepada tanda penyakit, perubahan bentuk, tanaman, pertumbuhan tanaman dan sebagainya. Sebagai akibat terganggunya pertumbuhan tanaman oleh penyakit, maka akan terjadi perubahan pada tanaman dalam: Bentuk, ukuran, warna, tekstur dan lain-lain.  Perubahan tersebut seringkali merupakan gejala yang khas untuk penyakit tertentu. Tetapi adakalanya untuk satu macam penyakit menimbulkan lebih dari satu macam perubahan. Sering kali patogen penyebab penyakit tersebut dapat ditemukan pada jaringan yang terserang (internal) atau pada bagian permukan jaringan (eksternal) dalam bentuk tubuh buah, sclerotium dan sebagainya. Oleh karena itu untuk mendiagnosis penyakit dengan tepat penting untuk mengetahui gejala penyakit yang ditimbulkannya

1.2         Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk membedakan beberapa jenis dan gejala penyakit yang ditimbulakan pada tanaman oleh serangan patogen.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


Gejala penyakit tumbuhan merupakan respon dari tumbuhan terhadap infeksi (yang bisa diukur) yang menyebabkan terganggunya proses fisiologis tanaman. Gejala yang ditimbulkan juga dapat bereda, bergantung pada lingkungan, varietas dari inang dan ras patogen. Gejala selalu berubah dengan berkembangnya penyakit, karena penyakit adalah suatu proses yang dinamik. Penyakit tanaman dapat terjadi jika sedikitnya terdapat kontak dan interaksi antara dua komponen. Komponen tersebut berupa tanaman dan patogen. Jika pada saat terjadinya kontak tersebut lingkungan mendukung, maka akan terjadi penyakit. Interaksi antara tanaman, patogen yang virulen dan lingkungan ini sering disebut sebagai konsep segitiga penyakit  (Sukariawati, 2011).
. Penyebab penyakit tanaman dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu Penyakit Abiotik dan Penyakit Biotik. Penyakit abiotik adalah penyakit yang disebabkan oleh penyakit noninfeksi/ penyakit yang tidak dapat ditularkan dari tumbuhan satu ke tumbuhan yang lain. Patogen penyakit abiotik meliputi: Suhu tinggi, Suhu rendah, Kadar oksigen yang tak sesuai, Kelembaban udara yang tak sesuai, Keracunan mineral, Kekurangan mineral, Senyawa kimia alamiah beracun, Senyawa kimia pestisida, Polutan udara beracun, Hujan es dan angin. Penyakit biotik adalah penyakit tumbuhan yang disebabkan oleh penyakit infeksius bukan binatang dan dapat menular dari tumbuhan satu ke tumbuhan yang lain Patogen penyakit biotik meliputi : Jamur, Bakteri, Virus, Nematoda, Tumbuhan tingkat tinggi parasitic dan Mikoplasma (Sastrahidayat, 1990).
Tanaman akan sakit apabila tumbuhan tersebut diserang oleh patogen (parasit) atau dipengaruhi oleh agensia abiotik (fisiopath). Oleh karena itu, untuk terjadinya penyakit tumbuhan, sedikitnya harus terjadi kontak dan terjadi interaksi antara dua komponen (tumbuhan dan patogen). Jika pada saat terjadinya kontak dan untuk beberapa saat kemudian terjadi keadaan yang sangat dingin, sangat panas, sangat kering, atau beberapa keadaan ekstrim lainnya, maka patogen mungkin tidak mampu menyerang atau tumbuhan mungkin mampu menahan serangan, meskipun telah terjadi kontak antara keduanya, penyakit tidak berkembang. Nampaknya komponen ketiga juga harus terdapat untuk dapat berkembangnya penyakit. Akan tetapi, masing-masing dari ketiga komponen tersebut dapat memperlihatkan keragaman yang luar biasa, dan apabila salah satu komponen tersebut berubah, maka akan mempengaruhi tingkat serangan penyakit dalam individu tumbuhan atau dalam populasi tumbuhan (Penuntun,2013).
Adapun Tipe gejala penyakit yang dapat ditimbulkannya dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu nekrosis, hipoplasis dan hiperplasis. Nekrosis adalah suatu gejala yang ditandai dengan degenerasi protoplas dan akhirnya diikuti oleh kematian sel, jaringan organ atau tubuh tumbuhan secara keseluruhan. Hipoplasis adalah gejala yang ditandai dengan adanya hambatan pertumbuhan dalam ukuran,warna, dan perkembangan anggota tubuh. Sedangkan hiperplasis ditandai adanya pertumbuhan yang luar biasa dalambentuk, ukuran, warna, dan struktur maupun pertumbuhan(Eko, 2013)











BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1         Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa,10 Oktober 2016 pukul 11.30 Wita-Selesai.Bertempat di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Pertanian Universitas Mataram.

3.2         Alat dan Bahan Praktikum
Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain : kaca pembesar (loupe), alat tulis dan buku gambar. Kemudian, bahan yang digunaka antara lain : daun  kacang tanah, daun cabai, wortel, daun mangga, daun singkong, daun tomat, padi, jambu biji, panca air, dan daun jagung.

3.3 Cara Kerja
Prosedur kerja yang digunakan dalam praktikum ini antara lain :
1.         Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2.         Digambar dan difoto gejala yang tampak pada penyakit tanaman
3.         Dideskripsikan gejala, warna, serta bentuk dari penyakit tersebut




                                      BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1         Hasil Praktikum
Tabel 1. hasil pengamatan gejala penyakit (terlampir)
Gambar
Deskripsi
1.      Antraknosa daun cabe


Gejala      : nekrosis
bentuk      : bercak bergerigi
warna       : coklat muda
ukuran     : 0,5 cm
penyebab : colleatatricum sp
2.      Karat daun kacang tanah




Gejala      : nekrosis
bentuk      : titik kecil yang banyak
warna       : coklat kekuningan
ukuran     : 0,1 cm
penyebab : Puccinia sp
3.      Busuk basah pada umbi wortel





Gejala      : nekrosis
bentuk      : membusuk basah
warna       : kuning kecoklatan
ukuran     : 3 cm
penyebab : Erwinia carotovora
4.      Bercak daun mangga




Gejala      : nekrosis
bentuk      : bulu-bulu halus
warna       : hitam gelap
ukuran     : 9 cm
penyebab : Chepaleuros
5.      Hawar daun singkong




Gejala      : Nekrosis
bentuk      : menyebar dari ujung daun
warna       : Kuning coklat
ukuran     : 11 cm
penyebab : Xanthomonas sp
6.      Keriting pada daun tomat




Gejala      : hiperplastis
bentuk      : daun mengeriting ke atas
warna       : hijau tua
ukuran     : 2,3 cm
penyebab : virus
7.      Kerdil rumput padi



Gejala      : hipoplastis
bentuk      : kerdil
warna       : hijau kuning
ukuran     : 33 cm
penyebab : virus kerdil
8.      Hawar pada daun padi



Gejala      : nekrosis
bentuk      : blight meluas
warna       : kuning
ukuran     : 23 cm
penyebab : Xanthomonas
9.      Busuk kering buah jambu biji
Gejala      : nekrosis
bentuk      : bulat kering seluruhnya
warna       : hitam pekat
ukuran     : 3,6 cm
penyebab : Botryploidi

10.  Puru akar pada panca Air
Gejala      : hiperplastis
bentuk      : bulat kasar bergerigi
warna       : coklat kehitaman
ukuran     : 0,2 cm
penyebab : nematoda
11.  Bercak pada daun jagung
Gejala      : nekrosis
bentuk      : bercak
warna       : kuning kecoklatan
penyebab : Helminthospora maydis
ukuran     : 0,3 cm
12.  Bercak daun pada singkong
Gejala      : nekrosis
bentuk     : bercak  tak beraturan
warna       : coklat
ukuran     : 0,3 cm
penyebab : Xanthomonas


4.1         Pembahasan
Penyakit tanaman dapat disebabkan oleh serangan patogen, dapat dicirikan dengan keberadaan patogen tersebut pada permukaan tanaman atau di dalam tubuh tanaman. Keberadaan patogen pada permukaan tanaman atau di dalam tubuh tanaman ini dikenal sebagai tanda penyakit dan dapat digunakan sebagai petunjuk bahwa kemungkinan patogen tersebut menimbulkan penyakit. Apabila tidak dijumpai tanda penyakit pada permukaan yang bersangkutan, perlu diamati adanya asosiasi patogen yang diperoleh dari isolasi bahan tanaman yang sakit pada bagian gejalanya.
Gejala yang ditimbulkan dapat mengalami kerusakan yang berbeda, tergantung pada lingkungan, varietas dari inang dan ras patogen. Gejala selalu berubah dengan berkembangnya penyakit, karena penyakit adalah suatu proses yang dinamik. Oleh karena itu, Gejala penyakit dibedakan menjadi 3 yaitu nekrotik, hiperplastik dan hipoplastik.
            keriting daun pada tanaman cabai disebabkan oleh hama thrips, hama kutu thrips berperan sebagai carrier atau pembawa virus yang menyebabkan penyakit keriting daun pada tanaman cabai. Gejala serangan virus adalah bercak kuning diatas permukaan daun, perlahan meluas hingga seluruh permukaan daun menguning, bentuk daun menjadi lebih kecil dari ukuran normal, daun melengkung dan kaku, daun terlihat keriting, setelah kuning daun sebagian besar rontok, Serta dibawah permukaan daun terdapat hama / kutu berwarna putih.
Karat daun kacang tanah disebabkan oleh cendawan Puccinia arachidis yang termasuk ke dalam ordo Uredinales, kelas Basidiomycetes. gejala yang ditimbulkan terdapat pada permukaan daun bawah yang berupa bercak berwarna coklat kekuningan seperti karat besi. Pada pustul ini terdapat sejumlah uredospora yang menyerupai tepung. Adapun penyebab penyakit karat ini adalah kondisi lingkungan yang mendukung seperti suhu rendah, kelembaban tinggi, cahaya matahari kurang dan sebagainya.
Busuk basah wortel disebabkan oleh patogen Erwinia carotovora. Gejala kerusakan yang ditimbulkan berupa busuk basah yang berwarna kuning kecoklatan. Patogen ini berasal dari tanah sekitar pertanaman yang melakukan infeksi dengan mematikan sel-sel dan mengambil alih jaringan tanaman. Sehingga tanaman tidak mampu mengendalikan dan menyuplai hara untuk bagian terserang.
Mangga merupakan tanaman tahunan yang hidup di tempat tropis. Penyakit becak daun mangga yang disebabkan oleh alga Chepaleuro. Penyakit ini memiliki  gejala yaitu menyebabkan warna hitam pada permukaan daun. Permukaan daun yang tertutupi akan membuat daun kering sehingga proses fotosintesis pada permukaan daun tersebut terhambat. Alga berkembang dengan cepat disebabkan oleh faktor naungan. Mangga memiliki daun yang rimbun, serta pohon yang besar. Sehingga sinar matahari sulit melewatinya. Akibatnya, iklim mikro yang berada disekitar mangga menjadi lembab. Kemudian alga tumbuh dengan subur tanpa ada hambatan.
Hawar daun singkong disebabkan oleh bakteri Xanthomonas. Bakteri ini berbentuk batang pendek yang memiliki flagela tunggal untuk bergerak, kemudian menginfeksi tanaman dengan menyebar propagul pada permukaan daun supaya membentuk koloni. Penyakit ini umumnya terjadi pada musim hujan dengan kelembaban > 75 %. Gejala yang dapat diamati antara lain daun mengering seperti terbakar dari ujung daun, kemudian meluas ke seluruh bagian daun dan memiliki warna kuning kecoklatan.
Penyakit keriting pada daun tomat mengalami hiperplastik yang disebabkan oleh virus. Patogen ini menginfeksi dengan cara menghasilkan senyawa kimia yang dapat merangsang pertumbuhan secara tidak terkendali, sehingga menyebabkan tanaman tidak mampu dan melemahkan daya tahan tanaman terhadap patogen tersebut. Ciri gejala yang ditimbulkan adalah daun mengeriting ke arah atas, luas permukaan daun menjadi sempit. Hal ini meyebabkan fotosintesis menjadi terganggu.
Kerdil rumput padi disebabkan oleh virus tungro. Virus ini menyebar melalui hama yang menyerang pertanaman seperti walang sangit, kepik, dan sebagainya. Hama ini menjadi agen pembawa (carrier) dan langsung melakukan penetrasi terhadap tanaman. Akibatnya tanaman mengalami hipoplastik yaitu terhambatnya pertumbuhan tanaman. Sehingga, tanaman menjadi kerdil dan berwarna kusam hijau kekuningan.
Hawar daun padi disebabkan oleh bakteri Xanthomonas sp. Daun mengalami nekrosis berwarna kekuningan yang dimulai dari ujung, berbentuk memanjang, atau terjadi Blight, dan ukurannya sekitar 23 cm. Patogen ini dapat menyebar melalui angin, air, maupun binatang.
Busuk kering jambu biji atau sering disebut dengan mumifikasi disebabkan oleh Botryploidi. Patogen ini menginfeksi dengan cara mematikan seluruh sel pada jambu biji, sehingga tampak gejalanya dapat dilihat buah jambu biji mengalami pemadatan dan berwarna hitam pekat, serta kering.
Penyakit puru akar pada tanaman panca air disebabkan oleh nematoda. Puru akar terletak pada akar skunder saja yang berbentuk bulatan kasar bergerigi, berwarna coklat kehitaman. Nematoda dapat menghasilkan senyawa kimia yang dapat merangsang pertumbuhan akar dengan cepat, sehingga akar tanaman mengalami gigantisme.
Terakhir, penyakit bercak daun jagung disebabkan oleh patogen Helminthospora maydis. Patogen melakukan infeksi pada permukaan daun tanaman dengan menyebarkan sporanya di seluruh permukaan daun. Sehingga menimbulkan bercak-bercak yang tak beraturan, kemudian bercak ini menyatu sehingga bagian daun yang diinfeksi akan mati. Rata-rata ukuran bercak ini sekitar 0,3 cm.


















BAB V KESIMPULAN


Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu:
1.      Gejala penyakit adalah suatu proses abnormal yang tampak pada tanaman dan perlu dilakukan diagnosa yang tepat untuk mengetahui penyebab penyakit tersebut.
2.      Nekrosis merupakan gejala kerusakan yang disebabkan oleh sel-sel mengalami kematian, akibat dari serangan patogen.
3.      Hiperplastik adalah pertumbuhan yang terlalu cepat oleh tanaman akibat serangan patogen yang mengeluarkan zat perangsang pertumbuhan
4.      Hipoplastik merupakan terhambatnya pertumbuhan akibat serangan dari patogen.














BAB I. PENDAHULUAN
1.1         Latar Belakang
Isolasi adalah melakukan pengambilan sampel mikroorganisme di suatu tempat dan mengembangbiakkannya dalam suatu medium buatan. Proses pemisahan atau pemurnian dari mikroorganisme lain perlu dilakukan karena semua pekerjaan mikrobiologis, misalnya telaah dan identifikasi mikroorganisme, memerlukan suatu populasi yang hanya terdiri dari satu macam mikroorganisme saja.
Dalam melakukan identifikasi suatu biakan murni bakteri hasil isolasi mula-mula diamati morfologi sel secara mikroskopik melalui pengecetan atau pewarnaa, salah satunya adalah dengan pewarnaan gram. Pewarnaan gram merupakan salah satu teknik pewarnaan atau pengecatan yang dikerjakan di laboratorium mikrobiologi untuk kepentingan identifikasi bakteri. Morfologi mikroskopik mikroorganisme yang diperiksa dan sifatnya yang khas terhadap pengecatan tertentu (pengecatan gram) dapat digunakan untuk identifikasi awal. Dengan metode pengecatan gram, bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu bakteri Gram positif dan Gram negatif berdasarkan reaksi atau sifat bakteri terhadap cat tersebut. Reaksi atau sifat bakteri tersebut ditentukan oleh komposisi dinding selnya. Oleh karena itu, pengecatan gram tidak bisa dilakukan pada mikroorganisme yang tidak mempunyai dinding sel. Dalam proses ini, olesan bakteri yang sudah terfiksasi dikenai larutan-larutan berikut : zat pewarna kristal violet, larutan iodium, larutan alkohol (bahan pemucat), dan zat pewarna tandingannya berupa safranin.
Adapun Jamur dan bakteri patogen tumbuhan dapat dibiakan pada banyak medium padat maupun cair, dari yang umum maupan yang selektif. Nutrien Agar (NA) merupakan medium umum untuk bakteri, sedangkan Medium Potato Dextrose Agar (PDA) merupakan medium untuk jamur. Organisme yang menyebabkan penyakit sangat penting harus dapat diisolasi atau dibiakan secara murni. Karena hal ini dapat membantu untuk menetapkan status penyakit tersebut.

1.2         Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini antara lain :
1.Untuk mengisolasi mikroorganisme yang dicurigai sebagai penyebab penyakit   tumbuhan
2.Untuk melakukan pengamatan koloni dari organisme yang di temukan khusus  di tunjukan pada bentuk,warna dan cirri-ciri yang lainnya nampak.
3.Untuk mendapatkan gambaran secara umum sifat-sifat dari mikroorganisme  penyebab penykit tumbuhan.














BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Pengamatan morfologi sangat penting untuk identifikasi dan determinasi. Bahkan pengamatan morfologi ini lebih penting daripada pengamatan fisiologis. Terdapat beberapa cara atau metode pengamatan yaitu dengan pembuatan slide cultur atau hanging drop. Untuk pengamatan morfologi dapat dilakukan pengamatan secara makroskopis dan mikroskopis (Rika, 2012)
Isolasi adalah mengambil mikroorganisme yang terdapat di alam dan menumbuhkannya dalam suatu medium buatan. Proses pemisahan atau pemurnian dari mikroorganisme lain perlu dilakukan karena semua pekerjaan mikrobiologis, misalnya telaah dan identifikasi mikroorganisme, memerlukan suatu populasi yang hanya terdiri dari satu macam mikroorganisme saja. Prinsip dari isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba lainnya yang berasal dari campuran bermacam-macam mikroba. Hal ini dapat dilakukan dengan menumbuhkannya dalam media padat sel-sel mikroba akan membentuk suatu koloni sel yang tetap pada tempatnya (Krisno, 2011).
Jamur mungkin dapat diisolasi dari tanah dan dari permukaan tanaman, seperti daun dan  bunga,  dengan  cara  mencucinya,  diikuti  dengan  melakukan  satu  seri pengenceran  untuk  mendapatkan  koloni  tunggal  pada  media  agar-agar  yang  sesuai, seperti  TWA.  Media  yang  kaya  hara  harus  dihindari,  karena    menyebabkan pertumbuhan  vegetatif  yang  berlebihan  dengan  mengorbankan  sporulasi.  Antibiotik seperti  streptomisin  sulfat  sebaiknya  juga  ditambahkan  ke  dalam  media  agar-agar untuk menekan pertumbuhan bakteri (Machmud, 2005)
Dalam  kegiatan  mikrobiologi  pembuatan  isolat  dilakukan  dengan  cara  mengambil  sampel mikrobiologi  dari  lingkungan  yang  ingin  diteliti.    Dari  sampel  tersebut  kemudian  dibiakkan dengan menggunakan media universal atau media selektif, tergantung tujuan yang ingin dicapai. Jika  menggunakan  media  universal  akan  diperoleh  biakan  mikroba  campuran. Untuk  proses identifikasi  maupun  isolasi  jenis  tertentu  saja,  dilakukan  proses  pembuatan  isolat  tunggal  dari isolat campuran tersebut. Isolat tunggal atau biakan murni merupakan biakan yang asalnya dari pembelahan satu sel tunggal (Anonim, 2012).
Pengenceran suspensi bakteri dari sampel/ sumber isolat dari alam  diperlukan dalam rangka memudahkan dalam pengamatan  koloni,  terutama  dalam  kegiatan  bertahap  pemurnian  isolat  (sub-kultur).  Koloni yang  tumbuh  terpisah  dalam  kuantitas  yang  dapat  dihitung  memudahkan  peneliti  untuk memilih koloni yang akan dipisahkan (disub-kultur). Ada beberapa metode untuk memperoleh biakan murni dari isolat campuran.  Dua di antaranya yang sering digunakan adalah teknik cawan gores dan teknik cawan tuang.   Prinsip dari kedua teknik tersebut sama, yaitu mengencerkan biakan campuran hingga setiap individu spesies dapat dipisahkan, sehingga setiap koloni yang terbentuk merupakan hasil dari pembelahan satu sel (Anonim, 2012).
Bakteri gram negatif memiliki 3 lapisan dinding sel. Lapisan terluar yaitu lipoposakarida (lipid) kemungkinan tercuci oleh alkohol, sehingga pada saat diwarnai dengan safranin akan berwarna merah. Bakteri gram positif memiliki selapis dinding sel berupa peptidoglikan yang tebal. Setelah pewarnaan dengan kristal violet, pori-pori dinding sel menyempit akibat dekolorisasi oleh alkohol sehingga dinding sel tetap menahan warna biru (Fitria, 2009).
Sel bakteri gram positif mungkin akan tampak merah jika waktu dekolorisasi terlalu lama. Sedangkan bakteri gram negatif akan tampak ungu bila waktu dekolorisasi terlalu pendek (Fitria, 2009).





BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1         Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum pengelolaan penyakit tanaman dilaksanakan pada hari selasa,18 Oktober 2016 pukul 11.30 Wita-Selesai. Bertempat di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Pertanian Universitas Mataram.

3.2         Alat dan Bahan Praktikum
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah cawan petri, jarum ose, jarum ent, dan lampu spiritus. Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah busuk lunak wortel, dan karat daun kacang tanah.

3.3         Cara Kerja
v  Isolasi Jamur
1.    Dibersihkan bagian tanaman yang terserang (tanaman kacang tanah) dari berbagai kotoran (tanah) yang menempel
2.    Diambil bagian tanaman, yaitu pada bagian batang, dengan memotong pada bagian antara yang sakit dengan yang sehat kira-kira 1 cm
3.    Bagian tanaman yang telah potongan tersebut direndam di dalam larutan alkohol 70% selama 1 menit, lalu dibilas dengan menggunakan air steril sebanyak 3 kali.
4.    Setelah dibilas, potongan-potongan tersebut kemudian ditiriskan di atas kertas saring, setelah itu diletakkan pada media yang telah disediakan yaitu PDA. Hal ini dilakukan sebanyak 2 ulangan menggunakan 2 petridis yang telah diisi dengan media PDA.
5.    Setelah itu, petridis-petridis tersebut diinkubasikan, untuk melihat jamur yang tumbuh, kemudian diamati jenis jamur yang tumbuh, dilihat dari warnanya dan bentuknya.
v  Isolasi bakteri
1.    Diambil bagian buah wortel yang terserang bakteri dengan menggunakan ose, kemudian diencerkan pada air steril 10 ml.
2.    Dari hasil pengenceran tersebut, diambil 1 ml untuk diencerkan kembali dalam 9 ml air steril, begitu seterusnya sampe pengenceran keempat.
3.    Diambil sedikit cairan dari hasil pengenceran yang terakhir dengan menggunakan ose, dengan cara mencelupkan sedikit bagian ose pada cairan tersebut, kemudian dibiakkan dengan metode goresan pada media yang telah disediakan yaitu NA (Nutrient Agar).
4.    Setelah itu, hasil penggoresan tersebut diinkubasikan dan diamati bakteri yang tumbuh dengan memperhatikan bentuk-bentuknya apabila dilihat dari atas, samping, dan bagian tepinya.













BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1.Hasil Pratikum
GAMBAR
KETERANGAN
1.      Layu Fusarium sp.pada tanaman cabe

 

                 
Bentuk
: Berbenang
Warna
: PutihKekuningan
Permukaan
: Mencembung
Tepi
: Berbenang
Kepekatan
: Lunak
Wajah
: Suram



2.Busuk Lunak wortel Erwinia .c






Bentuk
: Tak Teratur
Warna
: Kekuningan2
Permukaan
: Timbul Datar
Tepi
: Berombak
Kepekatan
: Seperti Mentega
Wajah P
: Berkerut
3.Hawar daun padi Xanthomonas Sp


Bentuk
: Titik-titik
Warna
: Kekuningan2
Permukaan
: Rata
Tepi
:Bergerigi
Kepekatan
:Mengkilat
Wajah P
:Mengkilut


4.2.Pembahasan
Dari isolasi jamur yang diamati pada tanaman cabe dapat diketahui dari karakteristik jamur tersebut merupakan jamur patogen dari spesies Fusarium sp. yang ditandai dengan bentuk makrokonidia yang ditemukan, yaitu berbentuk bulat sabit serta memiliki sekat-sekat. Fusarium sp. merupakan salah satu patogen yang dapat menyebabkan penyakit layu daun yang mengakibatkan tanaman mati. Gejala awal dari penyakit ini ialah terjadinya pemucatan daun dan tulang daun, diikuti dengan merunduknya tangkai daun yang lebih tua. Kadang-kadang kelayuan didahului dengan menguningnya daun. Pada tahap selanjutnya tanaman menjadi kerdil dan merana, jika tanaman yang sakit tersebut dipotong dekat pangkal batang atau dikelupas dengan pisau akan terlihat suatu cincin berwarna coklat dari berkas pembuluh. Pada serangan berat, gejala tersebut juga terdapat pada tanaman bagian atas.
Pada tanaman wortel menunjukkan gejala busuk umbi yang disebabkan oleh serangan jamur patogen Erwinia carotovora. hal ini dapat dilihat dengan terjadinya pembusukan jaringan pembuluh angkut sehingga tampak kecoklatan, daun menguning dan tanaman mati. Bakteri ini sangat menyukai daerah yang beriklim hangat. Erwinia carotovora merupakan bakteri tular tanah yang dapat menyerang apa saja  dari bagian tanaman  dan dapat menyebabkan terjadinya busuk lunak, nekrosis, dan kelayuan. pada pengamatan, bakteri melakukan penyerapan terhadap warna yaitu menyerap cat warna merah.
Tanaman padi terkena penyakit hawar yang ditunjukkan dengan gejala daun bercak berwarna kuning atau mengalami nekrosis. Penyakit ini disebabkan oleh Xanthomonas yang disebarkan melalui vektor dan faktor lingkungan lainnya. Pada pengamatan makroskopis, koloni bakteri ini berbentuk bintik-bintik kekuningan, tepinya bergerigi, dan cukup pekat.



BAB. V KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapat dari hasil pengamatan dan pembahasan, yaitu sebagai berikut:
1. Isolasi sangat penting dilakukan untuk membantuk mengidentifikasi penyakit pada tanaman.
2. Jamur Fusarium sp. Memiliki karakteristik yang mencolok yaitu: makrokonidia yang berbentuk bulat sabit yang dapat menyebabkan layu pada tanaman yang dijangkitinya
3. Bakteri Erwinia memiliki bentuk makroskopis tak teratur, kekuningan, permukaannya datar, kepekatannya seperti mentega dan berombak-ombak.
4. Bakteri Xanhomonas  berbentuk bintik-bintik kekuningan, tepinya bergerigi, dan     cukup pekat.


           












BAB I  PENDAHULUAN
1.1.   Latar Belakang
Pewarnaan gram merupakan salah satu teknik pewarnaan atau pengecatan yang dikerjakan di laboratorium mikrobiologi untuk kepentingan identifikasi bakteri. Morfologi mikroskopik mikroorganisme yang diperiksa dan sifatnya yang khas terhadap pengecatan tertentu (pengecatan gram) dapat digunakan untuk identifikasi awal. Dengan metode pengecatan gram, bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu bakteri Gram positif dan Gram negatif berdasarkan reaksi atau sifat bakteri terhadap cat tersebut. Reaksi atau sifat bakteri tersebut ditentukan oleh komposisi dinding selnya. Oleh karena itu, pengecatan gram tidak bisa dilakukan pada mikroorganisme yang tidak mempunyai dinding sel. Dalam proses ini, olesan bakteri yang sudah terfiksasi dikenai larutan-larutan berikut : zat pewarna kristal violet, larutan iodium, larutan alkohol (bahan pemucat), dan zat pewarna tandingannya berupa safranin.
Bakteri garam positif adalah bakteri yang mempertahanka zat warna metil ungu atau Kristal ungu sewaktu proses pewarnaan gram. Bakteri jenis tersebut akan berwarna biru atau ungu di bawah mikroskop, sedangkan bakteri gram negative akan berwarna merah muda atau merah. Perbedaan klasifikasi antara kedua jenis bakteri tersebut terutama didasarkan pada perbedaan struktur dinding sel bakteri (Karmana, 2008).Berdasarkan hal tersebut maka dilakukanlah agar praktikan dapat memahami dan melakukan pewarnaan gram terhadap suatu jenis bakteri; mengidentifikasi suatu jenis bakteri gram positif atau gram negatif; dan mengamati bentuk bakteri.
1.2. Tujuan praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk mikroskopis patogen tanaman.

BAB II  TINJAUAN PUSTAKA
Setiap mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan sifat sifat yang khas, .  Oleh karena itu, perlu dilakukan pewarnaan agar bakteri tampak jelas bila diamati dengan mikroskop. Pengamatan morfologi sangat penting untuk identifikasi dan determinasi. Bahkan pengamatan morfologi ini lebih penting daripada pengamatan fisiologis. Terdapat beberapa cara atau metode pengamatan yaitu dengan pembuatan slide cultur atau hanging drop. Mikroorganisme umumnya tidak memiliki pigmen sehingga tidak berwarna dan hampir tidak kelihatan karena tidak kontras dengan medium dimana mereka hidup. Oleh karena itu, perlu dilakukan pewarnaan agar bakteri tampak jelas bila diamati dengan mikroskop (Dwidjoseputro, 2005).
Pewarnaan gram merupakan salah satu teknik pewarnaan atau pengecatan yang dikerjakan di laboratorium mikrobiologi untuk kepentingan identifikasi bakteri. Morfologi mikroskopik mikroorganisme yang diperiksa dan sifatnya yang khas terhadap pengecatan tertentu (pengecatan gram) dapat digunakan untuk identifikasi awal. Dengan metode pengecatan gram, bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu bakteri Gram positif dan Gram negatif berdasarkan reaksi atau sifat bakteri terhadap cat tersebut. Reaksi atau sifat bakteri tersebut ditentukan oleh komposisi dinding selnya. Oleh karena itu, pengecatan gram tidak bisa dilakukan pada mikroorganisme yang tidak mempunyai dinding sel.
pembuatan  isolat  dilakukan  dengan  cara  mengambil  sampel mikrobiologi  dari  lingkungan  yang  ingin  diteliti.    Dari  sampel  tersebut  kemudian  dibiakkan dengan menggunakan media universal atau media selektif, tergantung tujuan yang ingin dicapai. Jika  menggunakan  media  universal  akan  diperoleh  biakan  mikroba  campuran. Untuk  proses identifikasi  maupun  isolasi  jenis  tertentu  saja,  dilakukan  proses  pembuatan  isolat  tunggal  dari isolat campuran tersebut. Isolat tunggal atau biakan murni merupakan biakan yang asalnya dari pembelahan satu sel tunggal (Anonim, 2012).
Pengenceran suspensi bakteri dari sampel/ sumber isolat dari alam  diperlukan dalam rangka memudahkan dalam pengamatan  koloni,  terutama  dalam  kegiatan  bertahap  pemurnian  isolat  (sub-kultur).  Koloni yang  tumbuh  terpisah  dalam  kuantitas  yang  dapat  dihitung  memudahkan  peneliti  untuk memilih koloni yang akan dipisahkan (disub-kultur). Ada beberapa metode untuk memperoleh biakan murni dari isolat campuran.  Dua diantaranya yang sering digunakan adalah teknik cawan gores dan teknik cawan tuang.   Prinsip dari kedua teknik tersebut sama, yaitu mengencerkan biakan campuran hingga setiap individu spesies dapat dipisahkan, sehingga setiap koloni yang terbentuk merupakan hasil dari pembelahan satu sel (Anonim, 2012).
Bakteri gram negatif memiliki 3 lapisan dinding sel. Lapisan terluar yaitu lipoposakarida (lipid) kemungkinan tercuci oleh alkohol, sehingga pada saat diwarnai dengan safranin akan berwarna merah. Bakteri gram positif memiliki selapis dinding sel berupa peptidoglikan yang tebal. Setelah pewarnaan dengan kristal violet, pori-pori dinding sel menyempit akibat dekolorisasi oleh alkohol sehingga dinding sel tetap menahan warna biru (Fitria, 2009).


BAB III  METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 17 November 2015 di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Pertanian, Universitas Mataram.
3.2. Alat dan Bahan Praktikum
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah gelas benda, jarum en, jarum ose, lampu Bunsen dan mikroskop. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah biakan jamur dan bakteri, air, alkohol, larutan cat gram A,B,C dan D.
3.3. Prosedur Kerja
3.3.1. Pengamatan jamur
1. Dipanaskan jarum ose pada lampu Bunsen kemudian ddingi anginkan;
2. Diiambil koloni jamur dengan menggunakan jarum en dan diletakkan pada gelas benda disamping lampu spiritus agar tetap steril;
3. Ditutup dengan gelas penutup;
4. Diiamati dibawah mikroskop, diamati bentuk, ukuran, letak spora pada tangkai pendukungnya atau sifat-sifat lain yang spesifik yang ditemukan pada saat pengamatan.
3.3.2. Pengamatan morfologi bakteri
1. Dipanaskan jarum ose pada lampu Bunsen kemudian didingin anginkan;
2. Diambil suspensi bakteri disamping lampu Bunsen agar tetap steril.
3. Diteteskan cat gram A, didiamkan selama 1 menit kemudian dibilas dengan air mengalir dan dikering anginkan;
4. Diteteskan cat gram B dan diamkan selama 1 menit kemudian dicuci dengan air mengalir dan dikering anginkan;
5. Dicat kembali denagn cat gram C didiamkan selama 30 detik kemudian dicuci dengan air mengalir dan dikering anginkan;
6. Dicat dengan gram D dan dicuci kembali kemudian dikering anginkan;
7. Ditutup dengan gelas penutup kemudian diamati dibawah mikroskop.


BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan
Table 3. Morfologi Jamur dan Bakteri
No
Patogen
Deskripsi
1.
Fusarium sp.
 



           P


Perbesaran    16 x 10
Jamur ini berwarna putih, mikrokonidia berbentuk bulan sabit dan memiliki sekat.
2.
Erwinia carotovora
 






Perbesaran 10 x 40
Bakteri ini berwarna merah muda dan berbentuk bulat (cocus), bersifa soliter. Bakteri ini termasuk ke dalam bakteri gram negatif.


4.2. Pembahasan
Mikroorganisme yang diamati tersebut bersifat parasit pada tumbuhan sehingga menyebabkan kerusakan sel, mulai dari kerusakan ringan sampai kepada kerusakan berat yang akan menyebabkan tanaman tersebut tumbuh dengan abnormal. pengamatan mikroskopis patogen dari jenis jamur dan bakteri. Dari biakan jamur yang diamati, diketahui jamur tersebut merupakan jamur patogen dari spesies Fusarium sp. yang ditandai dengan bentuk makrokonidia yang ditemukan, yaitu berbentuk bulat sabit serta memiliki sekat-sekat dan Erwinia carotovora membentuk rangkaian sel seperti rantai, tidak mempunyai kapsul dan tidak berspora.
Fusarium sp. adalah patogen yang dapat menyebabkan penyakit layu daun yang mengakibatkan tanaman mati. Gejala awal dari penyakit ini ialah terjadinya pemucatan daun dan tulang daun, diikuti dengan merunduknya tangkai daun yang lebih tua. Kadang-kadang kelayuan didahului dengan menguningnya daun. Pada tahap selanjutnya tanaman menjadi kerdil dan merana, jika tanaman yang sakit tersebut dipotong dekat pangkal batang atau dikelupas dengan pisau akan terlihat suatu cincin berwarna coklat dari berkas pembuluh. Pada serangan berat, gejala tersebut juga terdapat pada tanaman bagian atas. Gejala serangan jamur patogen dapat dilihat dengan terjadinya pembusukan jaringan pembuluh angkut sehingga tampak kecoklatan, daun menguning dan tanaman mati. JamurHal tersebut ditunjukkan oleh warna yang diserap oleh bakteri tersebut, yaitu menyerap cat warna merah. Dimana bakteri yang menyerap cat merah tersebut merupakan bakteri gram negatif yang dapat menyebabkan masalah pada tanaman.
            Erwinia ccarotovora adalah bakteri bergram negatif  berbentuk batang yang hidup soliter atau berkelompok dalam pasangan atau rantai, tanpa spora berflagela. Bakteri ini termasuk jenis fakultatif anaerob. Gejala serangan ditandai dengan gejala awal pada daun terjadi bercak yang berair, kemudian membesar dan berwarna coklat. Pada serangan lebih lanjut , daun yang terinfeksi melunak berlendir dan mengeluarkan bau busuk tersebut merupakan gas yang dikeluarkan dari hasil fermentasi karbohidrat. Pada umumnya infeksi terjadi melalui luka atau lentisel. Infeksi dapat terjadi melalui luka karena gigitan serangga atau alat pertanian. Patogen tanaman ini dapat menyebabkan kematian sel melalui perusakan dinding sel secara osmosis mudah pecah.


BAB. V KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapat dari hasil pengamatan dan pembahasan, yaitu sebagai berikut:
1.      Pengecatan patogen dilakukan untuk mengidentifikasi dengan jelas bagian-bagian dari patogen tersebut.
2.      Jamur Fusarium berbentuk kapsul dan berwarna gelap, termasuk mikroorganisme gram negatif.
3.      Bakteri Erwinia carotovora berbentuk basil dan berwarna merah, termasuk gram negatif


















BAB I. PENDAHULUAN
1.1         Latar Belakang
Penyakit tanaman merupakan penyimpangan dari sifat normal yang menyebabkan tanaman tidak dapat melakukan kegiatan fisiologis seperti biasanya. Ada tiga faktor yang mendukung timbulnya penyakit yaitu tanaman inang, penyebab penyakit, dan faktor lingkungan.
Faktor lingkungan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan aktivitas mikroba, Pertumbuhan faktor lingkungan dapat mengakibatkan perubahan sifat morfologi dan fisiologi mikroba. Beberapa mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Mikroba yang demikian mempunyai sifat sangat resisten dengan lingkungan baru. Angin dapat menyebarkan bakteri dan jamur dengan sangat cepat sekali setelah itu baru menyerang tumbuhan inangnya sehingga penyakit akan segera tersebar luaskan.
Penyebaran inokulum patogen merupakan hal yang penting perlu diperhatikan karena inokulum dapat menyebar tumbuh dan berkembang kedaerah-daerah yang jauh tempatnya dari sumber inokulum. Inokulum dapat menyebar secara aktif dan secara pasif. Di mana secara pasif inokulum memerlukan agen-agen pembawa atau pengantar di alam melakukan penyebaran di mana penyebaran ini sangat bergantung pada agen pembawanya, adapun agen pembawa dapat berupa air, angin, hewan manusia, dan juga bahan tanaman itu sendiri. Sedangkan secara aktif inokulum dapat memisahkan diri dari sumber inokulum atas aktifitas individu. Pelepasan spora-spora jamur tertentu sangat membutuhkan adanya bantuan untuk membebaskan atau mengeluarkan sepora dari tempatnya.
salah satu faktor yang mempengaruhi penyakit infeksi pada tanaman adalah angin. Angin memiliki kemampuan untuk peningkatan penyebaran patogen tanaman dan jumlah luka pada tanaman inang dan dalam jumlah yang lebih kecil dapat mempercepat pengeringan permukaan tanaman yang basah. Kebanyakan penyakit tanaman yang menyebar secara cepat dan diasumsikan mempunyai proporsi epidemik yang besar yang disebabkan oleh patogen jamur, bakteri, dan virus disebabkan oleh angin baik secara langsung atau tidak langsung melalui vektor yang dapat terbawa dalam jarak jauh oleh angin. Angin juga dapat menyebabkan permukaan tanaman terluka karena hembusan kerasnya atau karena saling bersinggungan antar tanaman atau melalui pasir yang diterbangkan dan hal ini memungkinkan terjadinya infeksi.
Oleh karena itu, perlu dilakukan pengamatan tentang faktor lingkungan untuk mengetahui seberapa besar peran angin dalam menyebarkan inokulum.

1.2         Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor lingkungan yaitu  angin sebagai faktor penyebar inokulum patogen penyakit pada tanaman.
















BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Penyakit tanaman adalah usaha untuk mencegah, mengurangi kerusakan, serta mengurangi kerugian pada tanaman atau bagian darinya yang dibudidayakan. Ada tiga faktor yang mendukung timbulnya penyakit yaitu tanaman inang, penyebab penyakit, dan faktor lingkungan. Tanaman inang adalah tanaman yang diserang oleh patogen. Patogen ada dua yaitu fisiopath yang bukan organisme dan parasit yang meruapakan organisme seperti jamur, bakteri, dan virus (Martoredjo, 1989).
Penyebaran inokulum penyakit tumbuhan merupakan hal yang penting karena inokulum dapat menyebar tumbuh dan berkembang kedaerah-daerah yang jauh tempatnya dari sumber inokulum. Inokulum dapat menyebar secara aktif dan secara pasif. Di mana secara pasif inokulum memerlukan agen-agen pembawa atau pengantar di alam melakukan penyebaran di mana penyebaran ini sangat bergantung pada agen pembawanya, adapun agen pembawa dapat berupa air, angin, hewan manusia, dan juga bahan tanaman itu sendiri. Sedangkan secara aktif inokulum dapat memisahkan diri dari sumber inokulum atas aktifitas individu. Pelepasan spora-spora jamur tertentu sangat membutuhkan adanya bantuan untuk membebaskan atau mengeluarkan sepora dari tempatnya. (Klanapujangga, 2011).
Faktor yang perlu diperhatikan dalam kegiatan budidaya adalah penyebaran inokulum penyakit tanaman, karena inokulum dapat menyebar, tumbuh dan berkembang ke daerah-daerah yang jauh tempatnya dari sumber inokulum. Inokulum dapat menyebar secara aktif dan pasif. Penyebaran secara pasif ini sangat tergantung pada pembawanya, tapi cara ini lebih efektif menyebarkan inokulum hingga jauh jaraknya. Agen-agen pembawa ini dapat berupa air, angin, manusia, hewan, bahan tanaman itu sendiri atau again-agen lainnya. Misalnya penyebaran jamur, banyak jamur parasit yang penyebarannya  terutama dilakukan oleh angin.
Angin merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penyakit infeksi pada tanaman terutama melalui peningkatan penyebaran patogen tanaman dan jumlah luka pada tanaman inang dan dalam jumlah yang lebih kecil dapat mempercepat pengeringan permukaan tanaman yang basah. Kebanyakan penyakit tanaman yang menyebar secara cepat dan diasumsikan mempunyai proporsi epidemik yang besar yang disebabkan oleh patogen jamur, bakteri, dan virus disebabkan oleh angin baik secara langsung atau tidak langsung melalui vektor yang dapat terbawa dalam jarak jauh oleh angin. Angin juga dapat menyebabkan permukaan tanaman terluka karena hembusan kerasnya atau karena saling bersinggungan antar tanaman atau melalui pasir yang diterbangkan dan hal ini memungkinkan terjadinya infeksi (Abadi, 2003).
Banyak jamur parasit yang penyebarannya terutama dilakukan oleh angin, karena jamur membentuk dan membebaskan spora ke udara dalam jumlah yang tidak terhitung, mempunyai ukuran yang kecil dan ringan sekali, sehingga mudah diangkut oleh angin dalam jarak jauh. Meskipun spora-spora jamur pada umumnya terdapat dalam lapisan udara di dekat tanah, di lapisan udara yang tingginya ribuan meter pun masih terdapat spora (Semangun, 2001).



BAB III. METODDOLOGI PRAKTIKUM
3.1         Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum pengelolaan penyakit tanaman dilaksanakan pada hari selasa,15 Nopember 2016 pukul 11.30 Wita-Selesai.Bertempat di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Pertanian Universitas Mataram.
3.2         Alat dan bahan praktikum
Alat yang digunakan yaitu mikroskop, kipas angin dan gelas benda. Bahan yang digunakan yaitu tanaman kacang tanah dan vaselin.

3.3         Prosedur kerja
Prosedur kerja yang digunakan yaitu
1.         Dibersihkan beberapa gelas benda dan oleskan Vaseline setipis mungkin pada salah satu sisinya.
2.         Diletakan gelas benda tersebut dengan interval jarak 1 m antara satu sama lain sebanyak 5 jarak.
3.         Diambil kipas angin dan letakan menghadap kearah barisan gelas benda dengan jarak 1 m dari gelas benda terdepan.
4.         Diambil tanaman kacang tanah yang sakit berjak daun atau karat daun, pegang tepat didepan kipas angin kemudian gerakan kacang tanah tersebut selama ± 10 menit.
5.         Dihentikan kipas angin dan amati spora-spora yang jatuh dan tertangkap digelas benda pada jarak yang berbeda.
6.         Dihitung jumlah spora dibidang pandang dan bandingkan antara jarak yang satu dengan yang lainnya dibawah mikroskop.



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Jarak
No
Warna
Ket
Merah
Kuning
1
1
0
1

2
0
0
3
0
0
Rata2
0
0,33
2
1
3
0

2
3
0
3
0
0
Rata2
2
0
3
1
2
0

2
0
0
3
0
0
Rata2
0,66
0
4
1
1
1





2
2
1
3
3
3
Rata2
2
1,66
5
1
2
0

2
1
0
3
5
0
Rata2
2,66
0

4.2.Pembahasan
Penyebaran inokulum merupakan suatu hal yang sangat penting untuk diketahui. Hal ini dikarenakan kemampuan penyebaran oleh masing-masing penyakit akan memberikan pengaruh pathogen dalam menyebabkan penyakit. Penyebaran pathogen pada tanaman menggunakan berbagai cara yaitu air, angin, serangga, hewan dan bahkan manusia.
Angin ini mempengaruhi penyakit infeksi pada tanaman, terutama melalui peningkatan penyebaran patogen tanaman dan jumlah luka pada tanaman inang dan dalam jumlah yang lebih kecil dapat mempercepat pengeringan permukaan tanaman yang basah. Kebanyakan penyakit tanaman yang menyebar secara cepat dan diasumsikan mempunyai proporsi epidemik yang besar yang disebabkan oleh patogen jamur, bakteri, dan virus disebabkan oleh angin baik secara langsung atau tidak langsung melalui vektor yang dapat terbawa dalam jarak jauh oleh angin.
Berdasarkan hasil pengamatan pertama dapat dilihat bahwa, rata-rata jumlah spora Pucinia sp. paling banyak terdapat pada jarak 4 m yaitu 16,2 dan paling sedikit pada jarak 1 m yaitu 1,6. Dimana, semakin jauh jaraknya semakin banyak sporanya. Hal tersebut dikarenakan, semakin besar kecepatannya maka sporanya semakin banyak sehingga spora yang banyak itu ada pada jarak yang lebih jauh lagi atau tak terhingga karena spora jamur ini sangat ringan dan kecil. Sedangkan pada pengamatan kedua yaitu pada Cercospora sp. rata-rata jumlah spora yang paling banyak terdapat pada 1 m yaitu 4,2 dan paling sedikit pada jarak 4 m yaitu 0,6,  Hal itu terjadi karena kekeliruan saat pengamatan, umumnya pada jarak terjauh jumlah spora akan semakin banyak . Oleh karena itu, semakin tinggi kecepatan angin maka spora yang akan tersebar pun akan semakin jauh keberadaannya.

.

                                   

















BAB V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan tersebut, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1.    Penyebaran inokulum sangat efektif melalui peran angin untuk menyebarkan sporanya pada bagian tanaman.
2.    Pada hasil pengamatan, jumlah spora jamur yang paling banyak terdapat pada jarak 5 m dan paling sedikit pada jarak 1 m.
3.    Pada umumnya semakin jauh jaraknya makin semakin banyak pula sporanya. Karena kekuatan angin sangat besar untuk menerbangkan spora.















BAB I. PENDAHULUAN
1.1         Latar Belakang
Dalam melakukan kegiatan teknik pembiakan murni tidak saja diperlukan bagaimana memperoleh suatu biakan yang murni saja, tetapi juga bagaimana memelihara serta mencegah terjadinya pencemaran dari luar. Inokulasi merupakam pekerjaan memindahkan bakteri dari  medium yang lama ke medium baru dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi. Untuk melakukan penanaman bakteri (inokulasi) terlebih dahulu di usahakan agar semua alat yang ada dalam hubungannya dengan yang medium agar tetap steril, hal ini agar menghindari terjadinya kontaminasi Inokulasi bertujuan  untuk menumbuhkan, meremajakan mikroba  yang murni. Setelah perlakuan inokulasi berhasil, dapat dilakukan uji patogenisitas.
Patogenisitas adalah kemampuan patogen untuk menyebabkan penyakit, kemudian patogenesis adalah mekanisme infeksi dan perkembangan penyakit. Uji patogenisitas adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh serangan patogen terhadap tanaman inang. Sehingga dapat dilakukan pencegahan dan pengendalian yang sesuai.

1.2         Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengamati masa inkubasi dari jamur patogen tumbuhan.


BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Inokulasi merupakan proses memindahkan inokulum dari biakan ke inang. Inokulasi adalah suatu proses patogen atau unit-unit reproduksinya mengadakan kontak dengan tumbuhan. Setelah mengadakan inokulasi inokulum patogen tertentu (konidium jamur) harus berkecambah, terbentuklah germ tube (tabung kecambah) yang selanjutnya membentuk apresorium, berfungsi sebagai alat penetrasi.Pada patogen yang mengadakan penetrasi langsung biasanya dari apresorium dibentuk penetration peg (tabung infeksi), fungsinya untuk menembus kutikula dan dinding sel epidermis (Sastrahidayat, 1990).
Inokulasi dapat beberapa macam cara atau jenisnya, yaitu inokulasi jamur, inokulasi bakteri, dan inokulasi virus. Pada inokulasi jamur dilakukan melalui luka-luka dan stomata. Untuk inokulasi bakteri dibuat dengan cara penetrasi patogen dengan bantuan air. Inokulasi virus dibuat dengan cara melalui suatu kerusakan mekanis dan dengan perantara virus (Jutono, 1973).
Teknik yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme pada media agar memungkinkannya tumbuh dengan agak berjauhan dari sesamanya, juga memungkinkan setiap selnya berhimpun membentuk koloni, yaitu sekelompok massa sel yang dapat dilihat dengan mata telanjang. Bahan yang diinokulasikan pada medium disebut inokulum, dengan menginokulasi medium agar nutrien (nutrien agar) dengan metode agar tuang atau media agar sebar, sel-sel mikroorganisme akan terpisah sendiri-sendiri. Setelah inkubasi, sel-sel mikroba individu memperbanyak diri secara cepat sehingga dalam waktu 18 sampai 24 jam terbentuklah massa sel yang dapat dilihat dan dinamakan koloni. Koloni dapat terlihat oleh mata telanjang.Setiap koloni merupakan biakan murni satu macam mikroorganisme (Pelczar dan Chan, 2007).

BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
            Praktikum Pengelolaan Penyakit ini dilaksanakan pada hari selasa tanggal 22 November 2016, pada pukul 11.30- 13.00.Dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Pertanian Universitas Mataram.

3.2. Alat dan Bahan
            Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu buku, jarum, petridish  dan alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu jamur Fusarium sp, Sclerotium sp, airdan benih tomat
3.3. Prosedur Kerja
       Ada beberapa langkah dalam praktikum ini yaitu:
3.3.1. Uji antagonis Fusarium sp
1.    Disediakan alat dan bahan yang digunakan
2.    Dilukai pangkal batang tanaman tomat
3.    Diambil jamur Fusarium sp menggunakan jarum ent
4.    Disimpan jamur Fusarium sp tersebut pada bagian tanaman yang dilukai.
5.    Diamati setiap hari dan dicatat hasil pengamatan.
3.3.2. Uji antagonis Sclerotium sp
1.    Disediakan alat dan bahan yang digunakan
2.    Dilukai pangkal batang tanaman tomat
3.    Digali sedikit tanah didekat bagian tanaman yang dilukai
4.    Diambil jamur Sclerotium sp menggunakan jarum ent
5.    Disimpan jamur Sclerotium sp tersebut pada tanah yang digali
6.    Diamati setiap hari dan dicatat hasil pengamatan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Hasil Pratikum
Tabel 5. Inokulasi Fusarium sp dan Sclerotium sp pada tanaman tomat

No
Gambar tanaman yang terinfeksi
             Keterangan
1
Fusarium sp


Description: Description: P_20161206_111934
Gejala karat daun pada tanaman tomat
2
Sclerotium sp



Tanaman tidak mati hanya terjadi karat daun


4.2. Pembahasan

            Pada praktikum ini dilakukan inokulasi patogen untuk mengetahui masa inkubasi patogen dari jamur patogen tumbuhan. Inokulasi adalah pekerjaan memindahkan bakteri dari medium yang lama ke medium baru dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi.Pengujian inokulasi patogen ini dilakukan pada tanaman tomat dengan menggunakan jamur Fusarium sp dan Sclerotium sp.
            Jamur Fusarium sp merupakan salah satu pathogen yang dapat menyebabkan penyakit pada beberapa tanaman budidaya. Tanaman yang yang terserang oleh pathogen ini akan menyebabkan tanaman menjadi layu sehingga dinamankan penyakit layu fusarium. Organ tanaman yang sering diserang oleh jamur ini adalah akar, batang dan ada yang menyerang daun yang mengakibatkan organ tersebut menjadi busuk. Cara kerja Fusarium sp yaitu miselium menginvasi jaringan pembuluh, menghambat jaringan silem, menghalangi translokasi air, serta menghasilkan toksin yang menyebabkan layu dengan memengaruhi kelenturan selaput sel dan merusak metabolisme sel. Sclerotium rolfsii merupakan cendawan patogen tular tanah, bersifat nekrotropis, dan menjadi penyebab busuk pangkal batang akar pada tanaman.
            Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan gejala yang ditimbulkan oleh jamur fusarium sp yaitu daun tanaman menjadi karat setelah dilakukan pemberian suspensi jamur. Sedangkan pada Sclerotium rolfsii menyebabkan tanaman menjadi layu karna terjadi karat daun. Kemampuan tanaman menimbulkan gejala  disebabkan tanaman yang digunakan merupakan tanaman yang tidak tolerin atau varietas yang digunakan tidak tahan.




BAB V. KESIMPULAN

Dari praktikum yang sudah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1.       Cara kerja Fusarium sp yaitu miselium menginvasi jaringan pembuluh, menghambat jaringan silem, menghalangi translokasi air, serta menghasilkan toksin yang menyebabkan layu dengan memengaruhi kelenturan selaput sel dan merusak metabolisme sel
2.      Sclerotium rolfsii merupakan cendawan patogen tular tanah, bersifat nekrotropis, dan menjadi penyebab busuk pangkal batang akar pada tanaman.
3.       gejala yang ditimbulkan oleh jamur fusarium sp yaitu daun tanaman menjadi karat setelah dilakukan pemberian suspensi jamur.
4.      Sclerotium rolfsii menyebabkan tanaman menjadi layu karna terjadi karat daun. Kemampuan tanaman menimbulkan gejala  disebabkan tanaman yang digunakan merupakan tanaman yang tidak tolerin atau varietas yang digunakan tidak tahan.











BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam kegiatan pertanian, terdapat berbagai kendala yang membatasi produksi hasil pertanian. Salah satu masalah yaitu adanya organisme pengganggu tanaman.organisme pengganggu tanaman ini berupa hama, penyakit dan gulma. Sejak dahulu untuk mengatasi kendala tersebut selalu diusahakan dengan berbagai cara, antara lain dengan meracuni organisme pengganggu tersebut dengan racun-racun yang berasal dari tumbuhan. Dalam PHT, pemberdayaan musuh alami dan potensi biologi lainnya merupakan komponen utama, karena musuh alami mempunyai peranan yang penting dalam penekanan populasi hama dan menjaga keseimbangan ekosistem. Oleh karena itu musuh alami yang sudah ada perlu dijaga kelestariannya dan upaya untuk meningkatkan peranannya dalam pengendalian hama juga perlu dilakukan.
Secara umum pengertian pengendalian hama secara biologi atau hayati adalah penggunaan makhluk hidup untuk membatasi populasi organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Pengendalian biologi (hayati) menunjukkan alternatif pengedalian yang dapat dilakukan tanpa harus memberikan pengaruh negatif terhadap lingkungan dan sekitarnya, salah satunya adalah dengan pemanfaatan agens hayati seperti virus, jamur atau cendawan, bakteri atau aktiomisetes. Jamur streptomyces digunakan sebagai jamur atau cendawan antagonis yang mampu menghambat perkembangan patogen melalui proses mikroparasitisme, antibiosis dan kompetisi. Dari uraian tersebut maka perlu dilakukampraktikum ini untuk mengetahui cara  uji antagonis.
1.2. Tujuan Praktikum                                                                    
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui agen hayati dalam mengendalikan patogen.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Penyakit adalah suatu bentuk perubahan yang ditunjukkan oleh tanaman sebagai suatu reaksi terhadap patogen.Tanaman dikatakan sehat apabila tampilan atau penampakan dari tanaman tersebut normal dan dapat menjalankan fungsi fisiologisnya dengan lancar sesuai dengan potensi genetisnya. Apabila kemampuan sel-sel tumbuhan untuk melakukan fungsi-fungsi fisiologisnya diganggu oleh patogen atau faktor lingkungan tertentu, maka salah satu atau beberapa dari fungsi fisiologisnya tidak dapat terlaksana sebagaimana mestinya sehingga terjadi penyimpangan dari keadaan normal yaitu terjadi penyimpangan proses fisiologi tanaman dan dapat dikatakan tanaman tersebut berpenyakit karena tampilan atau penampakannya abnormal (Anonim, 2012).
            Jamur antagonis adalah kelompok jamur pengendali hayati yang mempunyai kemampuan mengganggu proses hidup patogen tanaman. Mekanisme jamur antagonis dalam menghambat patogen tanaman dapat melalui antibiosis, lisis, kompetisi, dan parasitisme.Di samping itu, jamur antagonis mampu mencegah infeksi patogen terhadap tanaman melalui aktivitas Induce Sistemic Resistance (ISR) (Abadi, 2003).
Eksplorasi jamur antagonis dari rizosfer tanaman lebih muda di bandingkan dari sampel daun atau bagian tanaman yang lain, karena dari rizofer banyak terdapat senyawa-senyawa organik yang sangat berguna bagi pertumbuhan beberapa mikroorganisme, termasuk jamur antagonis. Senyawa organik yang di keluarkan tanaman melalui akar dapat berupa eksudat, sekresi, plant mucilage, mucigel, dan lisat.Jenis tanaman dan jenis tanah sangat menentukan jenis jamur antagonis yang ditemukan (Agrios, 2008).

BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum Pengelolaan Penyakit ini dilaksanakan pada hari selasa tanggal 22 November 2016, pada pukul 11.30- 13.00.Dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Pertanian Universitas Mataram.
3.2. Alat dan Bahan
            Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu buku, jarum, petridish  dan alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu jamur Fusarium sp dan Sclerotium sp.
3.3. Prosedur Kerja
Ada beberapa langkah kerja dalam praktikum ini yaitu:
1.      Di siapkan media biakan dan media larutan
2.      Ditumbuhkan inokulum isolat jamur Fusarium sp dan Sclerotium sp.
3.      Dilakukan pengamatan pada pertumbuhan koloni jamur Fusarium sp dan Sclerotium sp.
4.      Dilakukan perhitungan terhadap penghambatan pertumbuhan jamur Fusarium sp dan Sclerotium sp. dengan rumus I = ( r1 – r2 )/r1 x 100 %
5.      Dicatat hasil pengamatan.





BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
Tabel 6.Pengamatan Fusarium sp dan Sclerotium sp.

Kelompok
Fusarium sp vs

Sclerotium sp. vs
r 1
r 2
r 1
r 2
9
3
3
3
3
10
3
3
3
3
11
3
3
3
3
12
3
3
3
3
13
3
3
3
3
14
3
3
3
3
15
3
3
3
3
16
3
3
3
3
Analisis Data kelompok 15
·         Fusarium sp vs
% hambatan         = (r - r 2 / r 1 ) x 100 %
                             = (3 – 3 / 3 ) x 100 % 
                             = 0 %
·         Sclerotium sp. Vs
% hambatan         = (r - r 2 / r 1 ) x 100 %
                             = (3 – 3 / 3 ) x 100 % 
                             = 0 %

4.2. Pembahasan
Pengujian antagonis yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui besar nilai penghambatan Scleromicetes,.terhadapFusariumsp dapat dilakukan dengan uji antagonis.Berdasarkan hasil uji antagonis di peroleh hasil pengamatan pertumbuhan koloni Scleromicetes., lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan koloni Fussarium sp..
Scleromicetes.dapat menghambat dan menekan pertumbuhan jamur  Fusariumsp. sehingga pertumbuhan jamur Scleromicetes. mendominasi ruang media PDA dalam cawan petri, serta terlihat adanya daerah penghambatan yang menandakan adanya antibiosis.Dari data tersebut terlihat bahwa sp. dapat menghambat pertumbuhan patogenisme, dimana diketahui bahwa beberapa spesies Trichoderma mampu menghasilkan metabolit gliotoksin dan viridin sebagai antibiotik dan beberapa spesies juga diketahui dapat mengeluarkan enzim b1,3-glukanase dan kitinase yang menyebabkan eksolisis pada hifa inangnya, namun proses yang terpenting yaitu kemampuan mikoparasit dan persaingannya yang kuat dengan patogen  (Cholil, 1991).
sclerotium Sp memiliki peran antagonisme terhdap beberapa patogen tular tanah yang berperan sebagai mikoparasit terhadap beberapa tanaman inang. Berpendapat bahwa  mikoparasitisme dari Sclerotiummerupakan suatu proses yang kompleks dan terdiri dari beberapa tahap dalam menyerang inangnya. Interaksi awal dari Scleromicetes.yaitu dengan cara hifanya membelok ke arah jamur inang yang diserangnya, Ini menunjukkan adanya fenomena respon kemotropik pada Scleromicetes. karena adanya rangsangan dari hyfa inang ataupun senyawa kimia yang dikeluarkan oleh jamur inang. Ketika mikoparasit itu mencapai inangnya, hifanya kemudian membelit atau menghimpit hifa inang tersebut dengan membentuk struktur seperti kait (hook-like structure), mikoparasit ini juka terkadang mempenetrasi miselium inang dengan mendegradasi sebagian dinding sel inang.
Mekanisme penghambatan yang terjadi pada uji antagonisme yaitu secara antibiosis dan hiperparasit yang dapat diamati dengan terbentuknya zona bening sebagai zona penghambatan pertumbuhan bagi Sclerotium rolfsii, munculnya zona bening ini menunjukkan trejadinya proses antibiosis yang dilakukan oleh jamur Sclerotiumterhadap jamur Sclerotium rolfsii dan pertumbuhan miselium Sclerotiumyang menutupi seluruh permukaan medium termasuk koloni Sclerotium rolfsii secara hiperparasit. Kompetisi ruang dan makanan pada kedua jamur yang saling berinteraksi menyebabkan pertumbuhan salah satu jamur terdesak disepanjang tepi koloninya, sehingga pertumbuhannya akan ke atas tidak menyamping.
Adanya hambatan perkembangan pertumbuhan koloni jamur pathogen Sclerotium rolfsii oleh jamur antagonis spesifik lokasi Scleromicetes.disebabkan karena pertumbuhan koloni jamur antagonis Scleromicetes. jauh lebih cepat dibanding jamur pathogen Sclerotium rolfsii. Selain itu diduga karena selulase yang dimiliki oleh jamur antagonis Scleromicetes. Akan merusak dinding sel selulosa jamur pathogen Sclerotium rolfsii. Sesuai dengan pernyataan Salma dan Scleromicetes.Mampu menghasilkan selulase untuk menguraikan selulosa menjadi glukosa.Selulosa merupakan komponen utama penyusun dinding sel jamur pathogen Sclerotium rolfsii.
Sklerotium mempunyai kulit yang kuat sehingga tahan terhadap suhu tinggi dan kekeringan.Di dalam tanah sklerotium dapat bertahan sampai 6 atau 7 tahun. Dalam cuaca yang kering sklerotium akan mengeriput, tetapi dalam lingkungan yang lembab jumlahnya akan bertambah dengan cepat (Rusmawati, 2002).
Jamur ini memiliki struktur yang terdiri dari mikronidia dan makronidia.Permukaan koloninya berwarna ungu dan tepinya bergerigi.Permukaan kasar, berserabut dan bergelombang.Di alam jamur ini membentuk konidium.Konidiofor bercabang – cabang dan makro konidium berbentuk sabit, bertangkai kecil, sering kali berpasangan.
Miselium terutama dapat di dalam sel khususnya di dalam pembuluh, juga memebentuk miselium yang terdapat di antara sel –sel, yaitu di dalam kulit dan di jaringan parenkim di dekat terjadinya infeksi.Mikronidia adalah spora dengan satu atau dua sel yang dihasilkan fursarium pada semua kondisi dan dapat menginfeksi tanaman. Mikronidia adalah fungi dengan tiga sampai lima sel biasanya ditemukan pada permukaan. Klamidospora adalah spora dengan sel selain di atas, dan pada waktu dorman dapat menginfeksi tanaman sporanya dapat tumbuh di air.
Daur hidup agen pembawanya adalah penyakit yang terbawa oleh tanah (soil borne) dan aktif dalam tanah dengan bentuk tubuh spora yang disebut sclerotia.Patogen ini pada umumnya ditemukan di daerah tropik dan sub-tropik dan daerah-daerah Amerika Serikat bagian selatan, barat dan tenggara.Daerah ini mempunyai karakteristik iklim panas yang lembab yang kondusif untuk pertumbuhan dan perkembangan patogen.Pertumbuhan Sclerotium spp optimal pada 27-300C dan sclerotia tidak aktif pada suhu di bawah 00c.






BAB V KESIMPULAN
Dari praktikum yang sudah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Jamur Scleromicetes sp pada percobaan kali inilah yang mempunyai diameter sama dengan Sclerotium rolfsii.
2. Jamur Scleromicetes sp. merupakan jamur antagonis dan jamur Sclerotium rolfsii jamur pathogen.
3. Pertumbuhan koloni jamur antagonis Scleromicetes sama dengan jamur patogen.
4. Sclerotium rolfsii adalah sejenis jamur yang mempunyai miselium yang terdiri dari benang-benang, berwarna putih, tersusun seperti bulu atau kipas.







DAFTAR PUSTAKA

Budiyanto. 2005. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Bumi Aksara. Jakarta.
Gutarowska & Piotrowska, 2007.  Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah     Mada University Press. Yogyakarta.
Hariyanto. 1990Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University    Press. Yogyakarta.
Isnansetiyo dan Kurniastuti. 1995. Teknik Kultur Phytoplankton dan Zooplankton  Pakan Alami Untuk pembenihan Organisme. Yogyakarta: Kanisius.
Krisno, A. 2011. Isolasi Mikroorganisme Dalam Proses Pembuatan Enzim  Sebagai Hasil Produk di Bidang Industri.            https://aguskrisno.wordpress.com/2011/04/11/bakteri. Diakses         Pada    Tanggal 01 Desember 2016.
Pelczar, M. J. 1986. Chan Eement of Microbiologi Edisi 1. Penerjemah Ratna sri     Hadioetomo et. al. UI Press. McGraw-Hill book company. Diakses            Pada    Tanggal 01 Desember 2016.
Prayudi dan Budiman. 2008. Pengantar Epidemiologi Penyakit Tanaman. (diktat) Faperta Unib. Bengkulu.
Purnomo, B. 2002. Pengantar Epidemiologi Penyakit Tanaman. (diktat) Faperta    Unib. Bengkulu.
Ririnpunto. 2011. Hubungan Kecepatan Angin Dan Kelembaban Udara Terhadap            Pemencaran Konidium Cercospora Nicotianae Pada Tembakau. Agritrop,   26 (4) : 160– 167.
Sektiono. 2008. Cara Patogen Menyerang Tumbuhan Inang.           http://sektiono.blogspot.com/2009/11/cara-patogen-menyerang-tumbuhan           inang.html. Diakses     Pada Tanggal 01 Desember 2016.
Semangun, 1993. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Bayumedia Publishing. Malang.
Semangun, H., 2001. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada   University Press. Yogyakarta.
Sutedjo . 2000. Mikrobiologi Pertanian . Universitas Brawijaya. Malang.
Talaro, K. P. 1999. Foundation Mikrobiologi Third Edition.MC Graw Hill. Company:Boston.
Yulianti, 2010. Fitopatologi. https://id.wikipedia.org/wiki/Fitopatologi. Diakses       Pada Tanggal 01 Desember 2016.
Abadi, A.L., 2003. Ilmu Penyakit Tumbuhan.BayumediaPublishing. Malang.
Anonim. 2012. Teknik Isolasi Bakteri. http://tambangunsi.blogspot.com. Diakses pada tanggal 25 Desember 2014.
Djahyadi. 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Kasinius. Yogyakarta
Djara, Vebriyant. 2013. Jamur Fusarium oxysporum. http://vebryant-djara92.blogspot.com/2013/04/jamur-fusarium-oxysporum.html. Diakses tanggal 25 Desember 2014.
Gandjar. 1999. Mikrobiologi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Jutono, S. 1973. Isolasi Bakteri dan Jamur. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Krisno, 2011. Peranan Mikroba. http://krisnoplames.blogspot.com/peranan-mikroba.html. Diakses pada tanggal 25 Desember 2014
Machmud, M. 2005. Pengelolaan Koleksi Pathogen Tanaman. Bogor: Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian, Departemen Pertanian.

Masruroh, Ika Nur. 2013. Identifikasi Bakteri dengan Pewarnaan dan Morfologi Koloni dan Uji Biokimia. http://ikanurmasruroh.blogspot.com.  Diakses tanggal 26 Desember 2014.
Mawarti, Indah. 2013. http://indahmawarti.wordpress.com.  Diakses tanggal 26 Desember 2014.
Muhidin. 1993. Dasar Hama Dan Penyakit Tumbuhan. Universitas Muhammadiyah. Malang.
Pelczar dan Chan. 2007. Analisis Mikroba pada Inokulasi . Edisi Kelima.Erlangga: Jakarta
Purwantisari, dkk. 2008. Pengendalian Hayati Penyakit Lodoh (Busuk Umbi Kentang) Dengan Agens Hayati. Jamur-jamur Antagonis Isolat Lokal. Lab. Mikrobiogenetika Jurusan Biologi FMIPA Undip. Semarang
Sastrahidayat. 1990. Isolasi Bakteri. Bandung : ITB
Semangun, H., 2001. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Triharso. 1995. Tanda Penyakit Tanaman.http;// naneuntetylicious.blogspot.com. Diakses pada tanggal 26 Desember 2014.
Wahyuni. 2013. Morfologi Jamur dan Bakteri. http://ayiwahyuni29.blogspot.com. Diakses tanggal 26 Desember 2014.

Yunasfi. 2002. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Penyakit Danpenyakit Yang Disebabkan Oleh Jamur. Universitas Sumatera Utara. Sumatera utara.



.


1 komentar:

  1. Herpes adalah penyakit serius dan berulang yang tidak dapat disembuhkan melalui obat-obatan atau suntikan oleh dokter Amerika tetapi cara terbaik untuk menangani Herpes adalah dengan meminum obat herbal alami untuk itu, saya telah membaca tentang DR JAMES, dokter ahli herbal yang menyembuhkan saya dari herpes dengan obat herbal yang kuat. Saya menghubungi dia untuk mengetahui bagaimana dia dapat membantu saya dan dia mengatakan kepada saya untuk tidak pernah khawatir
    bahwa dia akan membantu saya dengan ramuan alami dari Tuhan!
    Setelah 2 hari menghubunginya, dia memberi tahu saya bahwa obatnya sudah siap dan
    dia mengirimkannya kepada saya melalui UPS SPEED POST dan itu sampai kepada saya setelah 3 hari!
    Saya menggunakan obat itu seperti yang dia perintahkan kepada saya (PAGI dan MALAM) dan ternyata saya
    sembuh!
    ini benar-benar seperti mimpi tetapi saya sangat senang! untuk orang yang menderita penyakit berikut: Penyakit Alzheimer, Penyakit Bechet, Penyakit Crohn, Penyakit Parkinson, Skizofrenia, Kanker Paru, Kanker Payudara, Kanker Colo-Rectal, Kanker Darah, Kanker Prostat, siva. Penyakit Dupuytren, Tumor bulat-sel kecil Desmoplastik Diabetes, penyakit Celiac, Penyakit Creutzfeldt-Jakob, Angiopati Amiloid Serebral, Ataksia, Artritis, Amyotrophic Lateral Sclerosis, Fibromyalgia, Fluoroquinolone Toksisitas
    Syndrome Fibrodysplasia Ossificans ProgresS sclerosis, Kejang, penyakit Alzheimer, Adrenocortical carcinoma. Asma, penyakit alergi. AIDS, Herpe, Copd, Glaucoma., Katarak, degenerasi makula, penyakit kardiovaskular, penyakit paru-paru, kanker prostat, osteoporosis, kanker prostat
    Dementia.Lupus.
    , Penyakit Cushing, Gagal Jantung, Multiple Sclerosis, Hipertensi, Kanker Colo_Rectal, Penyakit Lyme, Kanker Darah, Kanker Otak, Kanker Payudara, Kanker Paru-Paru, Kanker Ginjal, HIV, Herpes, Hepatitis B, Radang Hati, Diabetes, Fibroid,
    harus menghubungi dia untuk obat herbal karena saya adalah kesaksian hidup dan saya sembuh dari herpes dan obatnya sah. Saya mengiriminya apa yang dia minta dan dia mengirimi saya obatnya yang saya minum selama 2 minggu yang baik dan hari ini saya di sini dengan hasil negatif. Ketika saya pergi untuk tes saya sangat senang setelah minum obat herbal, saya memberi penghormatan kepada negaranya untuk merayakan bersamanya di festival Afrika-nya yang dia katakan biasanya terjadi setiap tahun. Anda dapat menghubunginya melalui VIA E-mail drjamesherbalmix@gmail.com atau nomor whatsapp: +2348152855846

    BalasHapus

Improve yourself right now. “Kita sering menunda-nunda pekerjaan, rencana yang telah kita buat, keinginan yang kita rencanakan, cita-cita yang harus diwujudkan hanya karena alasan yang kita jadikan buat pembenaran”.

  “alasan yang kita jadikan buat pembenaran”, saya ingin tekankan pada kata ini. Misalnya dulu ketika SMA, saya ingin menjadi pintar ju...