Minggu, 01 Januari 2017

pengaruh biochar terhadap pertumbuhan cabai merah (proposal penelitian)




BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Cabai merah merupakan kelompok tanaman yang tergolong hortikultura yang sering kita temui di pasar. Tanaman ini berbentuk perdu yang tingginya mencapai lebih dari satu meter dan bisa di panen lebih dari satu kali. Buah cabai merah sendiri memiliki banyak kandungan gizi dan vitamin, seperti : kalori, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, vitamin A, B1 dan Vitamin C. Selain itu, cabai merah sendiribanyak dimanfaatkan sebagai menu masakan masyarakat, industri bumbu makanan dan industri obat-obatan tradisional (Herawati, 2012). Budidaya cabai merah dapat meningkatkan pendapatan petani karena banyaknya kebutuhan konsumen akan produk ini yang biasanya harganya melonjak memasuki bulan ramadhan.
Nusa Tenggara Barat merupakan salah satu dari 34 provinsi yang ada di Indonesia yang juga merupakan penghasil komoditi cabai merah. Menurut Badan Pusat Statistik NTB (2014) produksi cabai merah di provinsi Nusa Tenggara Barat pada tahun 2012 sebesar 36.882 ton sedangkan pada tahun 2013 menurun menjadi 35.324 ton atau sekitar 4,22%. artinya produksi cabai merah di provinsi Nusa Tenggara Barat cenderung menurun yang mengakibatkan pemerintah mau tidak mau melakukan impor produk cabai merah dari luar. Berdasarkan data tersebut bahwa terjadi penurunan produksi cabai merah pada tahun 2013 dibandingkan tahun sebelumnya. Suwardji (2013) melaporkan hal ini diakibatkan oleh alih fungsi lahan menjadi non pertanian, Kesuburan fisik, kimia dan biologi tanah menurun, Degradasi lahan yang kaitannya dengan lahan kering berproduksi rendah dan bahan organik tanah yang rendah. Seperti halnya tanah di pulau Lombok tengah bagian selatan yang didominasi oleh tanah vertisol di Desa Batu Jai dengan jumlah bulan hujan hanya berkisar 3-4 bulan dengan kandungan bahan organik dalam tanah yang rendah yaitu 0,58-1,46 %  dan didominasi oleh tanah vertisol. (Kusnartaet al, 2011).
Untuk mengatasi hal tersebut perlu adanya suatu langkah yang tepat dengan membuat suatu bedengan yang mengolah tanah seminimum mungkin (Minimum tillage) dan bertahan lama atau yang sering dikenal sebagai system bedeng permanen.Sistem bedeng permanen merupakan suatu sistem pengolahan tanah yang baik untuk mengolah tanah vertisol seminimum mungkin (Minimum tillage) dan bisa digunakan dalam kurun waktu yang yang lama (4 atau 5 tahun). Keunggulan dari sistem bedeng permanen sendiri adalah dapat meningkatkan kesuburan tanah, memperbaiki kemantapan agregat tanah, mengurangi biaya pengolahan tanah, efisiensi dalam penggunaan air dan meningkatkan pendapatan petani(Ma’shumet al., 2005).Menurut Mahrupet al. (2005) menyatakan bahwa penerapan sistem bedengan permanen dapat memberikan hasil yang baik pada tanaman palawija yang ditanam setelah panen padi dimusim hujan karena dapat menghemat penggunaan air.
Upaya untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil cabai merah pada sistem bedeng permanen adalah dengan memasukkan limbah hasil-hasil pertanian yang sudah matang atau bahan organik ke dalam tanah. Menurut Hanafiah (2004) Bahan organik mempunyai peranan yang penting dalam kesuburan tanah yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman karena memiliki senyawa perangsang tumbuh sebagai pembenah tanah maupun media tumbuh tanaman sehinga penambahan bahan organik kedalam tanah sangat perlu dilakukan. Bahan organik tersebut seperti pupuk kandang dan biochar. Menurut Sukartono (2011) Biochar adalah arang hayati yang terbuat dari berbagai limbah pertanian organik yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik karena mengandung senyawa-senyawa bermanfaat seperti N, P, K, Ca dan Mg. Sedangkan Menurut Mulyati dan Susilowati (2006) bahwa pupuk kandang berperan sebagai bahan pembenah tanah dan juga mempunyai banyak manfaat seperti memperbaiki struktur tanah, mengikat lengas, meningkatkan daya ikat ion, memacu aktivitas mikroba pendaur hara dan pendekomposisi bahan organik di dalam tanah. Pupuk kandang memiliki unsur hara yang berguna bagi pertumbuhan dan produktivitas cabai merah seperi N,P, K, Ca, Mg dan S.

Dari hasil penelitian yang pernah dilakukan, bahwa biochar lebih lambat dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman dibandingkan dengan pupuk kandang, akan tetapi dalam mempertahankan jumlah karbon dan unsur hara dalam tanah Biochar lebih baik jika diaplikasikan di lapangan. Hal ini karena sifat stabil dari biochar dan secara kimia dan biologis, biochar dalam tanah bersifat rekalsitran sehingga relatif tahan terhadap perombakan mikroorganisme, sehingga dapat bertahan dengan waktu yang lama. Penggunaan biochar dalam  mempertahankan sifat fisik dan kimia dalam tanah lebih hemat dalam aplikasi di lapangan dibandingkan dengan pupuk kandang yang harus diberikan pada setiap musim tanam di tanah vertisol untuk mempertahankan sifat fisik dan kimia tanah serta memerlukan tenaga dan biaya yang banyak. Penambahan pupuk kandang di tanah vertisol disatu sisi mampu dengan segera meneyediakan hara, akan tetapi unsur-unsur hara didalamnya lebih cepat tercuci dibandingkan menggunakan biochar. Hal ini karena biochar secara langsung berkontribusi terhadap jerapan hara melalui interaksi muatan pada luas permukaan jerapan yang tinggi. Sehingga alternatif yang paling baik adalah mencampur biochar dan pupuk kandang agar hasil pencampuran dari kedua bahan organik tersebut lebih baik lagi. Pencampuran dari biochar dan pupuk kandang memiliki keuntungan karena kedua bahan ini mempuyai peran yang sama pada tanah yaitu sebagai bahan pembenah tanah. Penggunaan biochar dan pupuk kandang sebagai bahan pembenah tanah dapat mempengaruhi sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Sifat fisik tanah sendiri antara lain dapat meningkatkan kemampuan tanah dalam menahan air, memperbaiki struktur tanah serta menurunkan keteguhan tanah. Pengaruh dari sifat kimia tanah seperti memperbaiki pH tanah, meningkatkan C organik dalam tanah serta unsur hara N, P dan K. Serta sifat biologi tanah adalah memacu aktivitas mikroorganisme yang menguntungkan (Ma’shum dan Sukartono, 2012).
Kandungan dari biochar dan pupuk kandang yang diaplikasikan pada sistem bedeng permanen mempunyai manfaat yang baik dalam budiddaya cabai merah di Desa Batu Jai yang tergolong tanah vertisol. Sifat dari tanah vertisol sendiri sangat lengket dimusim hujan dan sangat keras dimusim panas sampai terlihat retakan-retakan yang begitu dalam atau dikenal dengan istilah mengembang dan mengkerut. Sehingga petani di Desa Batu Jai banyak yang mengeluh karena tanahnya sulit diolah dan tenaga serta biaya yang dikeluarkan pun cukup besar. Pengaruh dari kedua bahan organik tersebut bisa memperbaiki struktur tanah vertisol menjadi lebih remah agar sistem perakaran tanaman mudah menembus tanah. Oleh karena itu dengan penggunaan campuran kedua bahan organik tersebut yang diaplikasikan pada sistem bedeng permanen dapat memberikan pengaruh yang baik terhadap tanah vertisol yang berada di Desa Batu Jai.
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian tentang :Modifikasi Campuran Biochar dan Pupuk Kandang Yang Diaplikasikan Pada Sistem Bedeng Permanen Tanaman Cabai Merah.
1.2.Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.2.1.  Tujuan Penelitian
Tujuan dari kegiatan penelitian ini adalah untuk mengetahui dosis campuran biochar dan pupuk kandang yang terbaik bagi pertumbuhan dan hasil tanaman cabai merah (Capsicum annum, L.) serta kesuburan fisik dan kimia tanah pada sistem bedeng permanen.
1.2.2.   Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan informasi yang baik kepada masyarakat, petani dan pemerintah tentang dosis mana yang paling baik dalam penggunaan biochar sekam padi yang dicampur pupuk kandang pada sistem bedeng permanen untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil cabai merah.
1.3. Hipotetis
Diduga dengan pemberian dosis biochar sekam padi yang dicampur dengan pupuk kandang yang berbeda dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil cabai merah serta kesuburan fisik dan kimia tanah pada sistem bedeng permanen.

hubungan tekstur tanah dengan pengelolaan lahan



Sumber daya lahan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan keberhasilan suatu sistem usaha pertanian, karena hampir semua usaha pertanian berbasis pada sumber daya lahan. Lahan adalah suatu wilayah daratan dengan ciri mencakup semua watak yang melekat pada atmosfer, tanah, geologi, timbulan, hidrologi dan populasi tumbuhan dan hewan, baik yang bersifat mantap maupun yang bersifat mendaur, serta kegiatan manusia di atasnya.
Salah satu manfaat dari mengetahui tekstur tanah ini adalah untuk memudahkan para petani mengetahui jenis komoditas mana yang cocok untuk di tanam di tanah tersebut Atau juga untuk mengetahui komoditas apa saja yang kurang cocok untuk ditanam di area tanah tersebut. Sedangkan untuk bidang lain selain pertanian misalnya bisa digunakan untuk mengetahui kondisi dan perubahan lingkungan yang terjadi di area tersebut.
Liat mempunyai butir-butir paling kecil. Hal ini memungkinkan sifat tanah akan menjadi sangat baik dalam menahan air. Namun jika ada air di permukaan tanah, tanah jenis liat cenderung sulit meresapkan air tersebut ke dalam dirinya. Sehingga, biasanya tanah liat ini mudah digenangi air dan tingkat erosinya cukup tinggi jika terpapar aliran air dan kondisinya berlereng. Tanah disebut baik jika komposisi fraksi pasir, debu dan liatnya seimbang. Seperti yang disebutkan di atas bahwa tanah yang terlalu tinggi kandungan liatnya akan cenderung mudah digenangi air. Begitu pula jika tanah tersebut terlalu tinggi kandungan pasirnya, maka tanah akan kurang bagus dalam menahan air sehigga cepat kering.

A.    Tekstur Tanah
Tanah terdiri dari butir-butir yang berbeda dalam ukuran dan bentuk, sehingga diperlukan istilah-istilah khusus yang memberikan ide tentang sifat teksturnya dan akan memberikan petunjuk tentang sifat fisiknya. Untuk ini digunakan nama kelas seperti pasir, debu, liat dan lempung. Nama kelas dan klasifikasinya ini, merupakan hasil riset bertahun-tahun dan lambat laun digunakan sebagai patokan. Tiga golongan pokok tanah yang kini umum dikenal adalah pasir, liat dan lempung (Buckmandan  Brady, 1992)
Tanah terdiri dari butiran-butiran yang berbedabaik dalam ukuran maupun bentuk.Besarnya partikel tanah relatif sangat kecil, yang biasanya diistilahkan dengan tekstur. Tekstur menunujukkan sifat halus dan kasarnya butiran-butiran tanah.Lebih khusus lagi, tekstur ditentukan oleh perbandingan antara kandungan pasir, debu, dan liat yang terdapat dalam tanah. Dalam pengukuran tekstur tanah, kerikil dan partikel yang lebih besar tidak diperhitungkan karena materi ini tidak mengambil peranan penting dalam penentuan tekstur tanah.
tekstur tanah adalah keadaan tingkat kehalusan tanah yang terjadi karena terdapatnya perbedaan komposisi kandungan fraksi pasir, debu dan liat yang terkandung pada tanah. Dari ketiga jenis fraksi tersebut partikel pasir mempunyai ukuran diameter paling besar yaitu 2 – 0.05 mm, debu dengan ukuran 0.05 – 0.002 mm dan liat dengan ukuran < 0.002 mm. Pada beberapa tanah, kerikil batu dan batuan induk dari lapisan lapisan tanah ada juga yang mempengaruhi tekstur dan penggunaan tanah.Tekstur suatu tanah merupakan sifat yang hampir tidak berubah berlainan, dengan struktur dan konsistensi. Memang kadang kadang didapati perubahan dalam lapisan itu sendiri karena dipindahkannya lapisan permukaanya atau perkembangannya lapisan permukaan yang baru. Karena sifatnya yang relative tetap untuk jangka waktu tertentuh maka tekstur tanah sudah lama menjadi dasar klasifikasi tanah serta struktur yang turut menentkan tata air dalam tanah yang berupa kecepatan fitrasi, penetrasi dan kemampuan pengikatan air oleh tanah (Darmawijaya,1990).
Tekstur tanah dapat pula ditetapkan secara kualitatif dilapangn dengan menggunakan perasaan. Tanah yang bisa diletakkan diantara ibu jari dengan jari telunjuk dan kemudian saling ditekan dan dirasakan. Terdapatnya tekstur profil tanah terkadang dapat member keuntungan tetapi, tetapi kadang memberikan kerugian, tergantung pada tingkatan perkembangan tanah sampai batas batas tertentu. Tekstur tanah menunjukkan kasar dan halusnya tanah, tekstur tanah merupakan perbandingan antara butir butir pasir debu dan liat. Teksur tanah dibedakan berdasarkan presentase kandungan pasir, debu dan liat (Hadjowigeno, 2002).


B.     Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tekstur Tanah
Faktor factor yang mempengaruhi tekstur tanah adalah sebagai berikut:
1.  Iklim
Iklim merupakan rerata cuaca pada jangka panjang minimal permusim atau perperiode, dan seterusnya, dan cuaca adalah kondisi iklim pada suatu waktu berjangka pendek misalnya harian, mingguan, bulanan dan masimal semusim atau seperiode. Pengaruh curan hujan ialah sebagai pelarut dan pengankut maka air hujan akan mempengarugi: (1) komposisi kimiawi mineral penyusun tanah, (2) kedalaman dan diferensiasi profil tanah,  (3) sifat fsik tanah. Pengaruh temperatureSetiap kenaikan temperatur C akan meningkatkan penigkatannya laju reaksi kimiawi menjadi 2x lipat. Meningkatkan pembentukan dan pelapukan dan pembentukan liat terjadi seiring dengan peningkatannya temperature
            Hubungan antara temperature dan pertumbuhan tanaman serta akumulasi bahan organic cukup kompleks. Kandungan bahan organic tanah adalah jumlah antara hasil penambha bahan organik + laju mineralisasi bahan organic + kapasitas tanah melidungi bahan organic dari mineralisasi (liat amorf) (Hanafiah, 2005).
2.  Topografi
      Tofografi yang dimaksud adalah konfigurasi permukaan dari suatu area/wilayah. Perbedaan tofografi akan mempengaruhi jenis tanah yang terbentuk.  pada daerah lereng infiltras. Sedangkan pada daerah datar/rendah, menerima kelebihan air yang menyediakan air lebih banyak untuk proses genesis tanah.
a. Pengaruh slope/lereng
Kemiringan dan pandang lereng berpengaruh pada genesis tanah. Semakin tanah curam lereng makin besar runcff dan eros tanah. Hal yang mengakibatkan terhambatnya genesis tanah oleh karena  pertumbuhan tanaman terhambat dan sumbangan bahan organik juga lebh kecil, pelapukan menjadi terhambat begitu pula dengan pembentukan liat. Disamping itu, pencucian dan eluviasi berkurang. Dengan kata lain tanah lebih tipis dan kurang berkembang di daerah lereng.
b. Pengaruh tinggi muka air dan drainase
Tanah mempunyai drainase baik pada slope yang muka air tanah jauh di bawah permukaan tanah. Tanah yang berdrainase buruk ditandai dengan muka air yang muncul di permukaan tanah yang menyebabkan terjadinya kondisi anerobik dan reduksi. Tanah yang bedrainase buruk mempunyai horison A biasanya berwarna gelap olh karena tingginya bahan organik, tapi horison bawah pemukaannya cenderung kelabu (gray). Tanah berdrainase baik, mempunyai horison A yang warnanya lebih terang dan horison bawahnya seragam lebih gelap.(Hanafiah, 2005)

3.  Organisme Hidup
      Fungsi utama organisme hidup adalah untuk menyediakan bahan organik bagi soil. Humus akan menyediakan nutrien dan membantu menahan air. Tumbuhan membusuk akan melepaskan asam organik yang meningkatkan pelapukan kimiawi. Hewan penggali seperti semut, cacing, dan tikus membawa partikel soil ke permukaan dan mencampur bahan organik dengan mineral. Lubang-lubang yang dibuat akan membantu sirkulasi air dan udara, meningkatkan pelapukan kimiawi dan mempercepat pembentukan soil. Mikroorganisme seperti bakteri, jamur, dan protozoa membantu proses pembusukan bahan organik menjadi humus.(Hanafiah, 2005)

4. Waktu
            Tanah merupakan benda alam yang terus menerus berubah (dinamis) sehingga akibat pelapukan dan pencucian yang terus menerus maka tanah tanah yang semakin tua juga akan semakin kurus. Mineral yang banyak mengandung unsur hara telah habis mengalami pelapukan sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa. Karena proses pembentukan tanah yang terus berjalan maka bahan induk tanah berubah berturut turut menjadi tanah muda, tanah dewasa dan tanah tua. Tanah muda hasil pembentukan horizon C dan horizon A. Tanah dewasa yaitu hasil pembentukan horizon B yang masih muda (Bw). Tanah tua merupakan tanah dari hasil pencucian yang terus menerus berlanjut sehingga tanah tersebut menjadi kurus dan masam. Perlu diketahui bahwa tingkat perkebangan  tanah tidak setara dengan tingkat pelapukan tanah. Tingkat perkembangan tanah berhubungan dengan perkembangan horizon horizon tanah, sedangkan tingkat pelapukan tanah berhubungan dengan tingkat pelapukan mineral dalam tanah (Hardjowigeno, 2003)

5. Bahan Induk
      Pembentuk bahan induk yang terbentuk dari batuan induk keras di dominasi oleh proses disentegrasi secara fisik dan dekomposisi kimiawi partikel mineral dalam batuan tersebut. Bahan induk yang berasal dari batu pasir. Pada batu kapur, tanah terbentuk dari sisa-sisa bahan yang tidak larut setelah kalsium dan magnesium karbonat terlarut dan terkunci. Liat adalah bahan yang dapat d temui pada batu kapur, yang kemudian menjadikan tanah bertekstur halus. Bahan induk yang di turunkan dari sedimen dibawah oleh air angin. Sedimen koluvial  terjadi pada lereng terjal dimana gravitasi adalah kekuatan utama yang menyebabkan gerakan dan sedimentasi.sedimen koluvial adalah bahan induk yang penting di areal bergunung/berbukit. Sedimen alluvial biasa ditemui dimana-mana oleh karena penyebaran oleh banjir dan sungai. Contoh: kebanyakan tanah-tanah pertanian di California terbentuk di lembahdiman alluvial adalah bahan induk yang dominan.Pengaruh bahan induk terhadap genesis tanah, Perkembangan horison terutama horison B tergantung pada translokasi partikel halus oleh air. Bahan induk yang tersusun 100% pasir kuarsa tidak akan hancur untuk mengahasilkan partikel koloid. Bahan induk yang bertekstur pasir akan mendukung perkembangan horison bahasa daerah (humid). Bahan induk yang tersusun atas partikel inter media akan berkembang menjadi berbagai jenis tanah. Tekstur dan struktur tanah akan mempengaruhi genesis tanah melalui proses infiltrasi dan erosi. Permeabilitas dan translokasi material dalam air, proteksi dan akumulasi bahan organik dan ketebalan solum (horison A+B). (Foth,H.D. 1990).

C.    Fungsi Tekstur Tanah
Tekstur tanah dapat berfungsi menentukan tata air di dalam tanah yaitu berupa penetrasi, kecepatan infiltrasi, serta kemampuan mengikat air. Tekstur tanah sangat menentukan reaksi fisik dan kimia di dalam tanah, karena ukuran partikel tanah bisa menjadi faktor penentu luas permukaan tanah. Fraksi debu dan pasir memiliki aktivitas permukaan yang minim (rendah), sehingga secara kimia dan fisika bisa dianggap tidak aktif. Sedangkan Fraksi liat merupakan yang terpenting karena memiliki luas permukaan yang maksimal (tinggi).
Tekstur tanah sangat mempengaruhi kemampuan aerasi, infiltrasi, serapan air, ketersediaan air di dalam tanah, serta laju pergerakan air (perkolasi). Oleh karena itu, tekstur tanah juga secara tidak langsung dapat mempengaruhi perkembangan pertumbuhan tanaman, perakaran, serta penghematan dalam pemupukan. Penentuan tekstur tanah dapat dilakukan berdasarkan 2 metode, yaitu metode hydrometer dan metode pipet. Penentuan pemakaian kedua jenis metode itu berdasarkan perbedaan kecepatan partikel di dalam air.
Tekstur debu merupakan tekstur yang licin. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Hardjowigeno (2002), bahwa tanah bertekstur debu karena lebih licin maka setiap satuan berat mempunyai luas permukaan yang lebih besar sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi. Tanah bertekstur licin lebih aktif dalam reaksi kimia dari pada tanah bertekstur kasar.
`Untuk lapisan pertama dan kedua memiliki tekstur yang sama, yaitu berstektur debu. Untuk lapisan pertama ini terjadi karena persentase debu lebih tinggi dibandingkan  pasir dan liat. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sutedjo (1982) bahwa yang  menyebabkan tanah berstektur debu disebabkan oleh beberapa hal yaitu bahan organik yang disebabkan oleh banyaknya sisa-sisa tumbuhan dan sisa pembuangan lainnya.
Selain itu juga hal lain yang menyebabkan hal diatas adalah permeabiitas atau kemampuan tanah untuk melepaskan air, mineral liat, porositas. Sedangkan lapisan kedua berstruktur debu karena persentase kandungan debu lebih tinggi dibandingkan dengan pasir atau liat. Sesuai dengan segitiga tekstur, dari hasil penggabungan ketiga fraksi tersebut ditemukan 1 titik kelas tekstur yaitu debu.
Tekstur debu kurang baik untuk tanaman yang sifatnya tidak tahan air  karna tekstur liat memiliki menyerap dan menahan air dan unsur hara yang tinggi namun melepaskan air yang rendah pula sehingga kurang baik bagi pertumbuhan tanaman khususnya perumbuhan akar. Jika akar tanaman tergenang air maka akan mengalami busuk akar sehingga pertumbuhan tanaman akan terhambat karna tidak ada transportasi unur hara kebagian daun yang akan diproses oleh fotosintesis untuk tanaman. Namun tekstur debu bisa ditanami tanaman perkebunan.
Tanah bertekstur halus didominhasi oleh tanah liat dengan tekstur yang lembut dan licin yang memiliki permukaan yang lebih halus dibandingkan dengan tanah bertekstur kasar yang biasanya berbentuk pasir. Sehingga tanah-tanah yang bertekstur halus memiliki kapasitas dalam proses penyerapan unsur-unsur hara yang lebih besar dibandingkan dengan tanah yang bertekstur kasar. Namun, pada tanah bertekstur lembut ini umumnya lebih subur dibandingkan dengan tanah bertekstur kasar. Karena banyak mengandung unsur hara dan bahan organic yang dibutuhkan oleh tanaman serta mudah dalam menyerap unsur hara.
tekstur liat bersifat sangat lekat dan membentuk sangat baik.  Tanah yang mengandung liat mempunyai permukaan yang sangat halus, yang mampu menyimpan air, akan tetapi peredaran udara dan aerasi tanah tidak baik yang salah satu penyebabnya adalah kurangnya pori pada tanah itu.  Penambahan bahan organik membantu mengatasi masalah kelebihan air tanah berliat.  Bahan organik membantu mengikat butiran liat membentuk ikatan lebih besar sehingga memperbesar ruang-ruang udara diantaranya ikatan butiran.  Hal ini sesuai dengan pendapat Foth(1988), bahwa selain daya simpan air, hara tertentu dapat digunakan , dismipan  pada permukaan partikel tanah liat.  Oleh karena itu, tanayh liat bertindak sebagai reservoir penyimpanan air dan hara.
Semakin halus tekstur tanahnya maka kapasitas adsorpsi menahan unsur – unsur hara lebih besar, dan lebih banyak mengandung unsur hara dan bahan organik yang dibutuhkan tanaman, kapasitas memegang air juga lebih besar sebab memiliki permukaan yang lebih luas. Disamping itu, Fraksi liat bisa menaikkan kemampuan pertukaran kation.
Sedangkan tanah bertekstur kasar atau pasir memiliki laju infiltrasi yang cepat dan lebih porus. Sehingga unsur hara akan ikut hanyut dan yang tertahan didalam tanah semakin sedikit.. Tanah-tanah bertekstur kasar memiliki makro porus yang lebih banyak, yang berfungsi dalam pergerakkan udara dan air.












DAFTAR PUSTAKA


Darmawijaya, M.Isa,1990. Klasifikasi Tanah. Gajah Mada University press. Yogyakarta.
Foth, Hendry D. 1990. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Erlangga Gajah Mada University Press:Yogyakarta.
Hanafiah, Ali Kemas.  2005.  Dasar-dasar Ilmu Tanah.  Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Hardjowigono, H.S. 2002. Ilmu Tanah. AkademikaPressindo, Jakarta.
Hardjowigono, H.S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo, Jakarta
 https://noviafujalestariwahyani.wordpress.com/2015/06/14/makalah-geografi-tanah-dan-lingkungan-judul-tekstur-tanah/. Diunduh Pada Hari minggu 18/12/2016 pada pukul 09.00WIB
https://jujubandung.wordpress.com/2012/06/07/tanah-2/ Diunduh Pada Hari minggu 18/12/2016 pada pukul 09.47WIB

faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit tanaman



FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN PENYAKIT TANAMAN
1. PATOGEN
·         Keberadaan pathogen dapat ditemukan di segala tempat dan tersebar luas di alam dalam jumlah yang besar, hal ini sangat tergantung dari Penyebaran patogen yaitu proses berpindahnya patogen atau inokulum dari sumbernya ke tempat lain sangat mudah. Selain itu, patogen memiliki adaptasi yang kuat. Sehingga dia dapat hidup dimana-mana walau dalam kondisi suboptimum
·         Keganasan (Patogenisitas / virulensi) : Kemampuan yang di miliki oleh pathogen untuk menginfeksi tanaman inang. Jika patogen memiliki kecocokan dengan tanaman inang maka patogen melakukan penetrasi yang agresif.
·         Kemampuan adaptasi; Kekuatan yang di miliki oleh pathogen untuk bertahan dan menyesuaikan diri pada lingkungan yang baru. Patogen dapat hidup dalam kondisi yang kurang menguntungkan
·         Efisiensi penyebaran ; Penyebaran patogen merupan  berpindahnya patogen atau inokulum dari sumbernya ke tempat lain dengan waktu yang singkat dan cepat. Patogen memiliki tubuh yang mikropis, sehingga ia dapat apapun di alam ini. Contohnya air , angin, mahlukhidup, tanah, dan lain sebagainya.
·         Kemampuan reproduksi ; Kemampuan pathogen dalam memperbanyak diri/Reproduksi pada tempat yang berbeda-beda/lingkungan yang tidak mendukung. Patogen memiliki 2 cara reproduksi, yaitu aseksual dan seksual. Jika salah satunya tidak mampu maka patogen akan menggunakan cara lainnya. Disamping itu, dalam sekali reproduksi patogen dapat  menghasilkan jumlah yang sangat banyak.

2. TANAMAN INANG
·         Varietas tanaman inang (kepekaan/ ketahanan) ; setiap varietas atau jenis tanaman inang memiliki ketahanan dan sifat unggul yang berbeda-beda. Tanaman inang akan peka jika sifat unggul yang dimiliknya tidak mampu atau sesuai melawan patogen tersebut. Sehingga harus dicari kecocokan sifat unggul untuk melawan hama utama agar mendapat ketahanan yang diinginkan.
·         Struktur Populasi dan Kerapatan ; Populasi dan kerapatan tanaman inang akan mempengaruhi suhu dan kelembaban. Sebagian besar patogen lebih menyukai suhu rendah dan kelembaban tinggi, maka jika terlalu rapat menjadi kesempatan patogen mengembangkan diri
·         Vigor ;  kemampuan tanaman inang tumbuh pada kondisi sub optimum atau lingkungan yang tidak mendukung. Ada banyak faktor yang tidak bisa dikendalikan, agar dapat tumbuh dengan baik tanaman harus memiliki vigor yang tinggi untuk mengatasi perubahan lingkungan yang selalu terjadi.
3. LINGKUNGAN
Lingkungan abiotik
·         Suhu; panas dinginnya udara di sekitar tanaman. Hal ini berpengaruh pada organisme yang hidup lainnya, setiap organisme memiliki suhu optimum agar ia dapat beraktivitas dengan baik dan proses biokimia dalam tubuhnya tidak terganggu.
·         Kelembaban relatif /air ; erat kaitannya dengan suhu. Jika suhu rendah maka otomatis kelembabannya akan naik begitupun sebaliknya.
·         Angin ;  berperan dalam menyebarkan organisme mikroskopis pada tanaman. Karena di udaralah banyak hidup mikroorganisme yang menguntungkan maupun merugikan
·         Sinar/cahaya ; sangat berperan dalam proses fotosintesis, Jadi tanaman harus memiliki sinar yang cukup. Selain itu, sinar dapat mempengaruhi lingkungan abiotik lainnya seperti suhu dan kelembaban.
·         Keadaan Tanah ; menentukan jumlah kandungan nutrisi yang dibutuhkan tanaman. Jika terjadi defisiensi, maka tanaman  mengalami pertumbuhan yang kurang optimal dan menjadi peka dengan penyakit
Lingkungan biotik
·         Musuh alami : setiap mahluk hidup memiliki musuh alami yang siap menghambat pertumbuhannya. Biasanya musuh alami akan   muncul jika ada mangsanya. Adapun contohnya :
·                     Parasit ; mahluk mikroskopis yang menjadi musuh terhadap patogen. Ia akan mengambil nutrisi dari inangnya. Sehingga inangnya mengalami kerugian atau bahkan mati.
·                      Predator; sejenis mahluk yang besar berguna untuk memakan organisme-organisme yang merugikan
·                      Antagonis;  musuh alami dari patogen dari sesama jenis yang memiliki kemiripan hanya beda spesies. Ini juga  sangan merugikan patogen penyebab penyakit.
Suhu
Ø  Suhu mempengaruhi proses fisiologi di dalam tubuh OPT, sehingga mengakibatkan perubahan pada aktifitas dan proses reproduksinya.
Ø  Dalam batas-batas tertentu, makin tinggi suhu, maka aktifitas dan reproduksi OPT meningkat.
Ø  Masing-masing patogen memiliki suhu optimum bagi pertumbuhan dan perkembangannya dan ada perbedaan toleransi terhadap suhu antar masing-masing jenis patogen.
Ø  Selain itu suhu juga mempengaruhi pertumbuhan dan vigor tanaman inang.
Ø  Suhu dapat digunakan dalam memperkirakan laju perkembangan patogen, dan menjadi salah satu komponen penting dalam peramalan.
Ø  Dalam hal penyakit yang disebabkan oleh virus dan mikoplasma. selain berpengaruh terhadap patogen, suhu juga berpengaruh terhadap vektor.

K9elembaban Relatif
Ø  Kelembaban relatif berpengaruh terhadap perkembangan infeksi dan keberhasilan reproduksi pada pathogen maupun serangga vektor
Ø  Bagi patogen KR penting pada awal proses infeksi => perkecambahan propagul dan proses penentrasi patogen ke dalam jaringan inang.
Ø  Bagi serangga vektor, KR berpengaruh terhadap penetasan telur. Kekurangan tekanan uap (vapour pressure deficit) akibat KR yang rendah dapat menyebabkan mengeringnya telur-telur yang diletakkan di permukaan daun, sehingga dapat mengurangi atau menggagalkan penetasan.
Gambar 1. Hubungan antara suhu dengan laju perkembangan penyakit tanaman
Angin
Ø  Angin mempengaruhi penyebaran OPT, baik dalam jarak dekat maupun dalam jarak jauh
Ø  Angin juga mempengaruhi KR, sehingga dapat berpengaruh terhadap tekanan uap air di udara (vapor pressure)
Ø  Terjadinya penurunan tekanan uap air di udara (vapour pressure deficit –VPD) dapat menghambat pertumbuhan pathogen dan serangga vektor.
Curah Hujan (Presipitasi)
Ø  Curah hujan merupakan salah satu faktor yang menciptakan kelembaban
Ø  Selain itu air hujan juga membantu dalam penyebaran patogen, terutama penyebaran jarak dekat melalui percikan
Ø  hujan yang lebat dapat mengganggu aktifitas makan serangga tertentu seperti aphis, kutu daun dan wereng.
Ø  Serangga-serangga tanah yang menyerang akar dan bagian bawah tanaman lebih menyukai keadaan tanah yang tidak tergenang.
Cahaya (Sinar)
Ø  Panjang / periode penyinaran; Panjang penyinaran dapat mempengaruhi produksi/ penetasan telur dan masa diapause (fase dalam daur hidup serangga pada saat serangga tersebut mengalami pembatasan metabolisme, pertumbuhan dan perkembangan)
Ø  Kualitas sinar (panjang gelombang);
o   Berpengaruh terhadap reproduksi mikroorganisme (jamur)
o   Sinar dengan panjang gelombang yang mendekati UV merangsang sporulasi jamur
o   Menyaring sinar tersebut (misalnya dengan menggunakan plastik yang khusus) sporulasi jamur terhambat.
Keadaan Tanah
Ø  Struktur
Ø  Tekstur
Ø  pH
Ø  Bahan organik
Ø  Status hara
Musuh alami
Ø  Parasit : mengganggu dengan cara hidup dan menyelesaikan seluruh daur hidupnya pada/atau di dalam inang (patogen). Misal: virus di dalam tubuh jamur atau bakteri, jamur menginfeksi (memerangkap) nematoda
Ø  Predator, mahluk hidup tertantu (umumnya berupa fauna) memangsa patogen. Misal: serangga tanah, siput dsb. memakan jamur yang ada di dalam tanah.
Ø  Antagonis, mikroorganisme dari golongan yang sama menjadi musuh bagi mikroorganisme patogen. Misal: Trichoderma spp., Coniothyrium minitans menjadi musuh bagi banyak jamur patogen di dalam tanah; beberapa jenis jamur dari kelompok khamir (Saccharomyces spp.) di permukaan daun menjadi musuh bagi jamur-jamur patogen daun.

Improve yourself right now. “Kita sering menunda-nunda pekerjaan, rencana yang telah kita buat, keinginan yang kita rencanakan, cita-cita yang harus diwujudkan hanya karena alasan yang kita jadikan buat pembenaran”.

  “alasan yang kita jadikan buat pembenaran”, saya ingin tekankan pada kata ini. Misalnya dulu ketika SMA, saya ingin menjadi pintar ju...